News
Senin, 5 Desember 2011 - 14:08 WIB

(Laporan Khusus)--Hilal irit bicara

Redaksi Solopos.com  /  Nadhiroh  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - M Hilal (Dok.SOLOPOS)

M Hilal (Dok.SOLOPOS)

(Solopos.com)–Sore itu, panggilan ke HP Kepala Rutan (Karutan) Kelas I Solo, M Hilal, segera direspons. Suara dari seberang terdengar antusias saat ditanya soal perubahan yang sudah terjadi di Rutan saat ini.

Advertisement

“Yang namanya membuat sebuah perubahan itu tidak semudah membalik telapak tangan. Butuh waktu. Tapi saya akan terus berusaha,” ujarnya, Kamis (1/12/2011).

Sebagai Karutan yang tergolong baru, Hilal mengakui ada banyak persoalan di dalam lembaga itu yang harus segera dibenahi. Termasuk di dalamnya yang melibatkan oknum petugas Rutan. Namun demikian, dia menegaskan mengubah kondisi itu tak semudah orang berbicara.

Advertisement

Sebagai Karutan yang tergolong baru, Hilal mengakui ada banyak persoalan di dalam lembaga itu yang harus segera dibenahi. Termasuk di dalamnya yang melibatkan oknum petugas Rutan. Namun demikian, dia menegaskan mengubah kondisi itu tak semudah orang berbicara.

“Yang bisa menilai itu kan masyarakat. Saya yakin mereka bisa melihat bagaimana kondisi Rutan saat ini. Lebih baik kan, meski ya saya akui masih ada banyak hal di dalam yang harus dibenahi. Aturan baru tentang larangan membawa barang-barang produksi pabrik, misalnya, untuk menghindari
penyelundupan juga sudah saya buat,” jelasnya.

Bukan hanya soal aturan larangan membawa barang pabrikan, Hilal menambahkan, keberadaan ayunan untuk anak-anak di dalam Rutan juga merupakan inovasinya dalam rangka lebih memanusiakan tahanan serta menghapus imej Rutan sebagai tempat penghukuman.

Advertisement

“Bayangan saya dengan adanya ayunan, orangtua serta anak bisa tetap akrab. Dan nyatanya bayangan saya itu terwujud,” bebernya.

Disinggung soal pungutan senilai Rp 20.000 kepada setiap pengunjung, Hilal tak langsung menjawab. Desahan napasnya terdengar sebentar sebelum dia mulai memberikan sebuah penjelasan.

“Ya itu juga termasuk persoalan. Sebab beberapa kali saya lakukan pemeriksaan, petugas biasanya bilang uang itu yang memberi pengunjung. Artinya inisiatif dari pengunjung atau dengan kata lain pengunjung memberikannya dengan ikhlas. Tapi kalau yang Anda lihat memang petugas kamilah yang
meminta, lain persoalannya. Nanti akan saya lakukan pemeriksaan lagi,” tegasnya.

Advertisement

Lebih lanjut ketika ditanya soal isu kamar 89 yang dilengkapi fasilitas mewah, Hilal hanya tertawa. “Siapa yang bilang. Apa kata mereka, di dalam kamar ada lemari es, ada TV terus ada apa lagi, AC? Tidak…tidak benar itu. Tapi kalau yang ditanya soal-soal begini, lebih baik Anda datang ke kantor saya besok (Jumat-red). Biar jelas semuanya. Nanti kita SMS-an. Kalau nanti saya sudah longgar, akan saya beri tahu jam berapa kita ketemuan. Begitu ya,” ujar dia.

Keesokan harinya saat Espos mengirim  SMS sekitar pukul 10.00 WIB, tidak ada balasan. Begitu pun saat Espos menelepon, tidak diangkat. Sama halnya ketika Espos datang ke Rutan sebagai pewarta, petugas jaga melarang masuk dengan alasan Karutan sedang rapat.

Ada SMS masuk sekitar pukul 11.30 WIB. Pengirimnya Hilal. Isinya, “Sudah saya tunggu sejak pagi tapi Anda tidak datang. Sekarang sudah mepet.”

Advertisement

Espos lalu kembali meminta bertemu seusai Salat Jumat namun tidak ada balasan. Begitu pun saat Espos menelepon ke HP Karutan, yang bersangkutan tidak menjawab.

Sama dengan paginya, saat Espos datang ke Rutan, petugas bagian depan tidak memberi izin masuk dengan alasan Karutan ada acara mendadak di Jakarta. Dia meminta Espos kembali pada Sabtu (3/12/2011) untuk menemui Wakil Rutan atau Kepala Keamanan.

Tidak berbeda dengan kondisi Jumat, Sabtu (3/12/2011), tak ada pejabat Rutan yang bersedia menemui Espos. Petugas jaga mengatakan yang berhak memberikan penjelasan hanyalah Karutan yang hingga akhir pekan kemarin masih berada di Jakarta.

(Tim Espos)

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif