News
Senin, 7 September 2015 - 16:30 WIB

KURS RUPIAH : Rupiah Kian Terbenam, Diwarnai Kecemasan Larinya Hot Money

Redaksi Solopos.com  /  Adib Muttaqin Asfar  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Kurs rupiah hari ini terus tertekan pelemahan ekonomi domestik dan kekhawatiran berkurangnya cadangan devisa.

Solopos.com, JAKARTA — Kurs rupiah terus terbenam hingga ditutup melemah 94 poin (0,66%) ke Rp14.266/dolar AS. Rupiah sudah melemah sejak pembukaan perdagangan dan terus tertekan akibat isu daya tahan Indonesia menghadapi perlambatan ekonomi.

Advertisement

Bloomberg Dollar Index mengemukakan saat dibuka hari ini, Senin (7/9/2015) rupiah melemah 53 poin atau 0,37% ke Rp14.225/dolar AS. Indeks dolar AS yang dibuka melemah 0,05% ke 96,178 tak membuat rupiah keluar dari tekanan.

Ekonom Samuel Sekuritas Indonesia Rangga Cipta dalam risetnya yang diterima hari ini, Senin (7/9/2015) pagi, sudah memperkirakan rupiah tertekan oleh penguatan dolar di pasar global bersama dengan pelemahan mata uang lain di Asia.

“Isu perlambatan ekonomi domestik juga memperburuk daya tarik rupiah, terutama setelah angka pertumbuhan kredit diumumkan kembali melambat di Agustus,” kata Rangga.

Advertisement

Ekonom dari Samuel Sekuritas, Rangga Cipta, mengatakan rupiah sulit menguat meski indeks dolar akhir pekan lalu melemah seiring rilis data tenaga kerja yang berada di bawah ekspektasi. “Isu perlambatan ekonomi domestik juga memperburuk daya tarik rupiah terutama setelah angka pertumbuhan kredit diumumkan kembali melambat di Agustus,” katanya.

Investor, menurut Rangga, juga menunggu angka cadangan devisa yang rencananya diumumkan hari ini. Penurunan drastis pada cadev bisa menekan rupiah merosot lebih tajam.

Sementara itu, Standard & Poor menyatakan rupiah lebih rentan terhadap hantaman pelarian modal dibandingkan ringgit. Rupiah dinyatakan lebih rentan meski ringgit dalam beberapa pekan terakhir adalah mata uang dengan kinerja paling buruk di Asia akibat sentimen gejolak politik dan penurunan harga komoditas.

Advertisement

“Malaysia memiliki pasar modal yang lebih dalam, jadi di sana ketergantungan terhadap modal asing lebih rendah. Indonesia lebih rentan terhadap pergerakan arus modal masuk dan ke luar. Kami cemas atas cadev Indonesia,” kata Kyran Curry dari S&P kepada Bloomberg.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif