News
Sabtu, 30 November 2013 - 01:45 WIB

KURS DOLAR NAIK : Harga Tepung Terigu Tak Terpengaruh

Redaksi Solopos.com  /  Rini Yustiningsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi dolar (Dok/JIBI/Solopos)

Solopos.com, JAKARTA–Pelaku industri tepung terigu di Indonesia tidak khawatir atas kenaikan nilai tukar rupiah sekitar 15%. Hal itu dikarenakan harga gandum internasional menurun 15%.

Direktur Eksekutif Asosiasi Tepung Terigu Indonesia (Aptindo) Ratna Sari Lopies mengatakan harga tepung terigu dalam negeri tergantung dua hal, harga gandum internasional dan nilai tukar rupiah.

Advertisement

“Ya memang saat ini nilai tukar rupiah naik sekitar 15%, tapi harga gandum internasonal juga turun 15%. Jadi hasilnya seimbang, [pelaku] industri tak berpengaruh,” terang Ratna, di Kantor Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, Jumat (29/11/2013).

Ratna mengatakan penurunan harga gandum internasional diketahui sejak September 2013. Sebelum ada penurunan, harga gandum internasional US$ 350/ton. Dengan ada penurunan sekitar 15%, kata Ratna, harga gandum internasional saat ini sekitar US$ 290/ton. “Harga terigu relatif standar.Enggak kayak kedelai dan gula [biaya produksinya naik],” terangnya.

Dia menjelaskan harga tepung terigu tak berpengaruh atas kenaikan bahan bakar minyak (BBM) dan kenaikan listrik. Kenaikan biaya produksi itu masih bisa diimbangi dengan harga bahan baku (gandum) internasional yang menurun. Dia menjelaskan kebutuhan terigu di Indonesia saat ini berkisar 4,5 juta-4,8 juta/ton/tahun. Ratna mengklaim kebutuhan terigu tahun depan diprediksi naik 7%.
”Karena terigu menjadi kebutuhan kedua setelah beras. Untuk trendnya tiap tahun naik 7%. Tahun kemarin juga sama,” kata dia.

Advertisement

Ratna memaparkan selama ini ekspor produk domestik terbanyak ke Filipina, Korea Selatan dan Timor Timur. Dia menerangkan selama ini gandum sebagai bahan baku tepung terigu kebanyakan diimpor dari Australia, Kanada. Impor gandum ini pun meningkat 15% pada semester I/2013, dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

“Di dalam asosiasi itu macam-macam. Ketika harga impor bagus, dia impor. Biasanya mereka ya tenang-tenang saja. Dan yang tidak membuka akses impor ini kan yang terimbas,” terangnya.

Advertisement
Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif