News
Kamis, 31 Mei 2018 - 21:12 WIB

Kumpulkan Akademisi & Peneliti Politik di Istana, Jokowi Singgung Elektabilitas

Redaksi Solopos.com  /  Adib Muttaqin Asfar  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

<p><strong>Solopos.com, JAKARTA</strong> — Setelah mendengar masukan dari para ekonom dan ahli hukum, giliran pengamat politik memberikan masukan kepada <a href="http://news.solopos.com/read/20180530/496/919422/babak-baru-presiden-jokowi-mau-temui-peserta-aksi-kamisan" target="_blank"><strong>Presiden Joko Widodo</strong></a> (Jokowi). Yunanto Wijaya, Direktur Eksekutif Charta Politika, mengatakan Presiden lebih banyak mendengar masukan para pengamat politik senior dan junior.</p><p>Pembahasannya pun beragam, mulai dari kondisi terkini, permasalahan yang harus diselesaikan yang sifatnya aktual maupun sistem. "Kalau yang senior lebih banyak terkait sistem efektivitas hubungan parlemen dan Presiden, termasuk masalah masalah hoax dan pemerintah/presiden. Akhirnya dijawab saja sama Presiden. Jadi malah tidak ada <em>stressing issue</em> apa-apa," tuturnya di Kompleks Istana Kepresidenan Jakarta, Kamis (31/5/2018).</p><p>Yunanto sendiri tidak sempat memberikan masukan kepada Presiden, mengingat waktu yang terbatas. Pada kesempatan yang sama, Direktur Eksekutif Perludem Titi Anggraini mengaku menyampaikan dua hal kepada Jokowi, yakni terkati perlindungan hak pilih warga negara serta pandangan keterlibatan mantan napi korupsi dalam pemilu legislatif DPR maupun DPRD.</p><p>"Mengenai perlidungan hak pilih warga negara untuk pilkada dan pemilu dengan persyaratan KTP elektronik sebagai persyaratan menjadi pemilih dan menggunakan hak pilih. Itu sudah saya sampaikan dan pak Presiden," ujarnya.</p><p>Menurutnya, Presiden langsung merespons dengan baik dengan menggunakan cara-cara yang optimal agar semua warga negara mendapatkan e-KTP. Senada dengan Yunanto, Direktur Eksekutif <strong><a href="http://news.solopos.com/read/20180520/496/917354/indo-barometer-jokowi-dianggap-presiden-paling-berhasil-di-era-reformasi" target="_blank">Indo Barometer</a></strong> M Qodari mengaku bahwa topik pembicaraannya beragam. Kendati demikian, dia menampik jika menyinggung mengenai elektabilitas Jokowi menjelang pemilihan presiden mendatang.</p><p>"Sebenarnya bukan saja lembaga survei tapi juga ada banyak kampus, ada Unpad, UGM, Unair, UI, dan UIN. Terus ada lembaga kayak Perludem, juga Habibie Center. Jadi, ya kasih masukan sesuai dengan bidang masing-masing lah," tambahnya.</p>

Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Kata Kunci :
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif