Solopos.com, KAIRO — Aparat keamanan Mesir menangkap 1.004 orang terkait protes nasional pendukung presiden terguling Mohamed Morsi, Jumat (16/8/2013). Mereka dianggap tersangkut-paut dengan jemaah Ikhwanul Muslimin yang menurut pemerintah bentukan militer setempat dianggap melakukan tindakan-tindakan terorisme selama demonstrasi.
Demikian dikabarkan Kantor Berita Reuters yang mengutip kementerian dalam negeri, Sabtu (17/8/2013). Ikhwanul Muslimin selaku pendukung Morsi memang menyerukan unjuk rasa di seluruh negeri, Jumat, guna melampiaskan kemarahan atas tindakan kekerasan dan kekejaman pasukan keamanan terhadap para pendukung Morsi yang melakukan aksi damai di lapangan depan Masjid Rabaah Al Adwaliyah dan Al Nahdah, Kota Kairo, serta sejumlah tempat sejenis di pelbagai kota seluruh penjuru Mesir, Rabu (14/8/2013).
Kamp-kamp unjuk rasa aksi pendudukan itu didirikan para pendukung Morsi untuk mengutuk penggulingan militer terhadap presiden pertama yang dipilih secara bebas, 3 Juli 2013lalu. Para pengunjuk rasa itu menuntut pemulihan kekuasaannya. Dalam penyerbuan ke kamp-kamp itu, militer mengerahkan alat berat dan kendaraan tempur lapis baja. Penembak tepat aparat bersenjata suruhan pemerintah bentukan militer membidik pengunjuk rasa itu dari jarak jauh tanpa pandang bulu.
Kementerian kesehatan Mesir menyebut 578 orang tewas akibat penyerbuan kamp-kamp demonstrasi itu, sementara ribuan lainnya cedera. Pihak Ikhwanul Muslimin menyebutkan jumlah korban jiwa yang jauh lebih banyak daripada klaim pemerintah. Ikhwanul Muslimin melalui saya politiknya, Partai Kebebasan dan Keadilan, adalah pengusung Morsi dalam pemilu tahun lalu.
Pertumpahan darah Rabu itu adalah pembunuhan massal ketiga terhadap pendukung Morsi sejak presiden itu digulingkan oleh militer. Serangan itu menyebabkan Ikhwanul Muslimin berantakan, tetapi organisasi tersebut menyatakan tidak akan mundur dalam pertikaian melawan Panglima Militer Jenderal Abdel Fattah As-Sisi.