News
Senin, 11 Maret 2019 - 21:00 WIB

Kubu Prabowo Sebut Unggul di Survei Internal, Timses Jokowi: Itu Menghibur Diri

Redaksi Solopos.com  /  Adib Muttaqin Asfar  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Solopos.com, JAKARTA — Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandiaga mengklaim elektabilitas pasangan nomor urut 02 di survei internal mereka sangat tinggi bahkan melebihi Jokowi-Maruf Amin. Namun, Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Maruf menyebut hal itu merupakan upaya menghibur diri semata.

Hal ini diungkap Juru Bicara TKN Jokowi-Ma’ruf Tb Ace Hasan Syadzily. Dia mengaku sangsi terhadap klaim elektabilitas Prabowo-Sandiaga yang mendekati, bahkan melebihi elektabilitas petahana Jokowi-Ma’ruf dalam survei internal BPN Prabowo-Sandi.

Advertisement

“Pasti mereka akan curiga dengan lembaga-lembaga survei yang memenangkan kami yang selisihnya di atas 20% seperti halnya survei SMRC, LSI Denny JA, Cyrus Network, Populi Center, Indikator Politik Indonesia, dan lain-lain. Kenapa mereka curiga? Ya karena mereka kalah jauh,” ungkap Ace dalam keterangan resminya, Senin (11/3/2019).

“Survei internal yang dibuat mereka [BPN Prabowo-Sandi] ini tujuannya sederhana, untuk menghibur diri mereka sendiri dan memberikan motivasi kepada pendukungnya supaya tidak down,” tambahnya.

Dalam hal ini, Ace pun menjamin bahwa lembaga survei seperti Saiful Mujani Research Center (SMRC) merupakan lembaga independen yang tak berkaitan dengan TKN Jokowi-Ma’ruf.

Advertisement

Survei terakhir SMRC menyebut elektabilitas Jokowi-Ma’ruf kini telah mencapai angka 54,9%, berbanding Prabowo-Sandi 32,1%. Sedangkan yang belum menentukan pilihan sebesar 13% dari basis suara.  Artinya, selisih elektabilitas berdasarkan survei SMRC telah sejauh 22,8%.

Sebab itulah, Ace mengimbau agar publik kritis dalam melihat rekam jejak lembaga survei. Dirinya mengklaim bahwa publik patut mempertanyakan sebuah lembaga survei apabila hasilnya berbeda dari mayoritas lembaga survei yang menempatkan selisih elektabilitas Jokowi-Ma’ruf unggul di atas 20%.

“Publik perlu kritis terhadap hasil survei dari lembaga survei yang partisan. Lihat dulu track record lembaga survei tersebut. Sandingkan dengan hasil lembaga survei yang lain,” ujar Ace.

Advertisement

“Kalau hasil surveinya nyeleneh sendiri, patut diduga lembaga survei tersebut sedang membangun framing politik,” tutupnya.

Advertisement
Kata Kunci :
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif