News
Rabu, 6 Februari 2013 - 20:55 WIB

KTT OKI: Pemimpin Negara Islam Serukan Negosiasi Akhiri Konflik di Suriah

Redaksi Solopos.com  /  R. Bambang Aris Sasangka  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Para pemimpin negara-negara Islam berfoto bersama dalam pembukaan konferensi tingkat tinggi di Kairo, Mesir, Rabu (6/2/2013). (JIBI/SOLOPOS/Reuters)

Para pemimpin negara-negara Islam berfoto bersama dalam pembukaan konferensi tingkat tinggi di Kairo, Mesir, Rabu (6/2/2013). (JIBI/SOLOPOS/Reuters)

KAIRO – Para pemimpin negara-negara Islam menyerukan dilakukannya negosiasi untuk mengakhiri konflik dan pertumpahan darah di Suriah. Seruan itu disampaikan dalam konferensi tingkat tinggi (KTT) negara -negara anggota Organisasi Konferensi Islam (OKI) yang dibuka hari ini di Kairo, Mesir.
Advertisement

KTT dibuka berbarengan dengan terjadinya pembunuhan atas seorang tokoh politisi oposisi Tunisia, Shokri Belaid, yang lantas memicu gelombang protes. Akibat insiden ini Presiden Tunisia Moncef Marzouki menunda keberangkatannya ke Kairo. Dengan kedatangan Presiden Mahmoud Ahmadinejad di konferensi ini, yang menjadikannya pemimpin Iran pertama yang berkunjung ke Kairo sejak Revolusi Islam di Iran tahun 1979 silam, KTT ini berfokus pada upaya penghentian konflik berdarah di Suriah. Iran menjadi salah satu mitra terakhir Presiden Suriah Bashar Al-Assad.

Dalam pidato pembukaannya, Presiden Mesir Mohamed Mursi menyerukan “rezim berkuasa” di Damaskus untuk “belajar dari sejarah” dan tidak menempatkan kepentingan pribadi di atas kepentingan bangsa dan negara. Mursi juga mendesak segenap anggota OKI mendukung kelompok oposisi Suriah yang berupaya menyatukan negeri dan membuat perubahan.

Kelompok oposisi Suriah, Koalisi Nasional, melalui pimpinannya, Moaz Alkhatib, hari Minggu lalu menawarkan untuk bertemu dengan wakil Presiden Assad, Farouq al-Shara, untuk berunding dengan syarat pemerintah membebaskan ribuan tahanan politik. Sejauh ini belum ada reaksi dari pemerintah Suriah.

Advertisement

Sebuah rancangan pernyataan resmi OKI yang disusun para menteri luar negeri berisi kecaman terhadap pemerintah Assad atas berbagai insiden pembantaian dan mendesak pemerintah Suriah membuka negosiasi untuk transisi politik. Namun sejumlah diplomat menyebut Iran keberatan dengan bunyi pernyataan itu dan kemungkinan akan ada revisi untuk membuatnya lebih lunak dan tidak melulu menekan pemerintah Suriah.

Advertisement
Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif