News
Jumat, 9 November 2012 - 16:42 WIB

Krisis Suriah: Assad Hidup dan Mati di Suriah

Redaksi Solopos.com  /  Rini Yustiningsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Presiden Suriah, Bashar al-Assad, menjawabpertanyaan wartawan di Istana Elysee, Paris, 9 Desember 2010. (Reuters)

Presiden Suriah, Bashar al-Assad, menjawabpertanyaan wartawan di Istana Elysee, Paris, 9 Desember 2010. (Reuters)

DOHA – Presiden Suriah, Bashar al-Assad, menegaskan dirinya akan “hidup dan mati” di Suriah. Assad juga memperingatkan, setiap invasi Barat untuk menggulingkan kepemimpinannya dia akan memiliki konsekuensi bencana bagi kawasan Timur Tengah dan sekitarnya.

Advertisement

Pernyataan menantang Assad ini muncul bertepatan dengan pertemuan penting kubu oposisi di Doha, Qatar, Kamis (8/11/2012). Kelompok-kelompok oposisi kembali membahas peluang mereka untuk bersatu dalam payung yang sama, di tengah tekanan internasional yang perlu melihat adanya lembaga kuat untuk transisi pasca-Assad.

Assad yang telah menghadapi pemberontakan selama 19 bulan terakhir, menolak usulan yang dilontarkan Perdana Menteri Inggris, David Cameron, Selasa (6/11/2012), untuk keluar dengan aman dari Suriah ke London sebagai tempat pengasingan. Usulan Cameron itu sebagai salah satu upaya untuk mengakhiri perang saudara di Suriah yang telah memakan korban lebih dari 38.000 jiwa.

“Saya bukan boneka. Saya tidak dibentuk oleh Barat untuk melarikan diri ke Barat atau ke negara lain,” kata Assad kepada televisi Russia Today, dalam sebuah wawancara yang disiarkan pada Jumat (9/11/2012).

Advertisement

“Saya adalah orang Suriah. Saya dibentuk di Suriah. Saya harus hidup di Suriah dan mati di Suriah,” tegasnya.

Situs Russia Today yang menerbitkan transkrip wawancara dalam bahasa Inggris, memperlihatkan gambar Assad saat berbicara kepada wartawan dan berjalan menuruni tangga di luar sebuah villa putih. Tidak jelas, kapan Assad membuat komentar tersebut.

Advertisement
Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif