News
Sabtu, 24 Mei 2014 - 17:45 WIB

KRISIS POLITIK THAILAND : Gerakan Antikudeta Membara

Redaksi Solopos.com  /  Rini Yustiningsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Tentara militer Thailand berjaga dengan senjatanya di depan Markas Militer Bangkok (JIBI/Solopos/Reuters/Chaiwat Subprasom)

Solopos.com, BANGKOK- Sekitar 100 orang berkumpul di mal dan kompleks hiburan di Bangkok utara Sabtu (24/5/2014) sambil menganngkat slogan bertuliskan ‘Anti Kudeta’.

Padahal sebelumnya, pihak militer melarang perkumpulan lebih dari lima orang, serta memberlakukan jam malam dari jam 10.00 sampai 05.00. Media pun dilarang untuk tayang, khususnya televisi.

Advertisement

Ternyata beberapa orang tidak mengindahkan peraturan tersebut. Pada Jumat sore (23/5/2014) ratusan orang termasuk para mahasiswa berkumpul di area perbelanjaan sentral Bangkok. Mereka menyerukan menjadi oposisi daripada mendukung pemerintahan Thaksin maupun Yingluck.

Mereka juga mengatakan akan melakukan aksi demo setiap hari kepada militer yang berkuasa.

Seorang saksi mengatakan, saat pertemuan tersebut berlangsung, tentara militer datang dan membubarkan pertemuan tersebut dan setidaknya satu orang ditahan dalam peristiwa tersebut.

Advertisement

Selain itu, sebuah kelompok kecil juga melakukan protes di kota utara Chiang Mai, kampung halaman Thaksin pada Jumat, kata seorang saksi mata.

Gelombang protes diprediksikan akan membesar dari masa ‘baju merah’ dan berpotensi membahayakan bagi militer.

Pendukung Thaksin di jantung kota sebelah utara dan timur laut akan bereaksi jika pemerintah pro- Thaksin dipaksa mundur dari kekuasaan konstitusional.

Advertisement

Thaksin belum berkomentar secara terbuka sejak kudeta diterapkan negeri gajah putih itu. Thaksin sendiri tidak berada di Thailand untuk menghindari hukuman penjara yang ditujukan kepadanya atas tuduhan korupsi.

Kelompok aktivis ‘baju merah’ telah mengorganisir protes di Bangkok Utara pada Sabtu untuk menentang kudeta militer.

Jika terjadi, aksi pendukung Thaksin melakukan protes terhadap militer akan menjadi aksi besar seperti halnya pada tahun 2010 yang melakukan tindakan keras sehingga pertumpahan darah pun tidak terhindarkan. Lebih dari setahun setelah aksi yang merusak citra militer itu pemerintahan pro Thaksin kembali berkuasa setelah menang dalam pemilu.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif