News
Selasa, 20 Agustus 2013 - 04:15 WIB

KRISIS MESIR : Anggap Belum Perlu Evakuasi, KBRI Kairo Bantu Kebutuhan Pokok

Redaksi Solopos.com  /  Rahmat Wibisono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi Konsulat KBRI Kairo (Facebook.com)

Solopos.com, KAIRO — Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Kairo hingga Senin (19/8/2013) petang waktu setempat,menganggap kondisi Mesir masih kondusif bagi warga negara Indonesia (WNI). Karena itu Duta Besar Republik Indonesia untuk Mesir Nurfaizi Suwandi menyatakan belum perlu dilakukan evakuasi bagi WNI di Mesir.

Meski demikian krisis Mesir rupanya dirasa menyulitkan keseharian WNI di Mesir sehingga KBRI pun memberikan bantuan bahan kebutuhan pokok (sembako). “Bantuan sembako ini merupakan satu dari sekian langkah kepedulian KBRI kepada WNI terkait dengan krisis politik Mesir saat ini,” kata Nurfaizi dalam sambutan penyerahan sembako di Kosulat, Distrik Madinat Nasr.

Advertisement

Kapolda Metro Jaya itu sempat pula mengingatkan WNI agar tidak terpancing dengan berita yang menyebutkan adanya negara tetangga Indonesia yang mulai mengevakuasi warganya dari Mesir. “Jangan terpancing dengan berita evakuasi dari negara lain. Pemerintah Indonesia tentu saja akan mengayomi seluruh WNI, dan semua langakah penyelamatan telah disiapkan bila situasi keamanan memburuk,” katanya.

Penyeragan bantuan sembako KBRI Kairo kepada WNI—terutama mahasiswa—secara simbolik dilakukan lewat paguyuban mereka. Menurut Kepala Pelaksana Fungsi Penerangan, Sosial Budaya KBRI Kairo Dahlia Kusuma Dewi bantuan tersebut terdiri atas 900 kg beras, 450 liter minyak goreng, 450 kg gula pasir, 125 karton mie instan, 600 karton teh, 600 kaleng ikan tuna, 600 kaleng kornet, 600 botol kecap manis, dan 200 kg susu bubuk.

Wakil Presiden Persatuan Pelajar dan Mahasiswa Indonesia (PPMI) Mesir Delfa Hariyad menyatakan menyambut baik bantuan sembako yang dibutuhkan WNI di Mesir itu. Terkait situasi memburuk di Mesir, Delfa mengungkapkan bahwa di kalangan mahasiswa ada yang ingin dievakuasi dan ada pula yang ingin bertahan di Mesir. “Persentase yang ingin dan enggan dievakuasi itu kayaknya seimbang, fifty-fifty atau 50%-50%,” katanya.

Advertisement

Namun koresponden kantor berita pelat merah Antara di Kairo menyatakan pada umumnya mahasiswa enggan dievakuasi meskipun situasi di negeri itu kian memburuk. “Saya pribadi sejauh ini ingin tetap tinggal di Mesir mengingat masa kuliah saya tinggal setahun lagi. Takutnya kalau pulang, nanti sulit kembali lagi ke Mesir,” kata Tsaqofina Hanifah, mahasiswi asal Solo.

Pernyataan senada diutarakan Fatimah Insani Zikra, mahasiswi asal Padang, Sumatra Barat. “Saya tinggal di Asrama Buust Universitas Al Azhar masih merasa aman, jadi evakuasi kayaknya belum terpikirkan,” katanya.

Kendati ingin tetap tinggal di Mesir demi kelancaran studinya, Tsaqofina Hanifah yang juga Ketua Wihdah, organisasi putri yang beranggotakan 872 mahasiswi, suatu badan otonomi di bawah PPMI, mengakui ada mahasiswa yang ingin dievakuasi dan ada pula yang enggan seperti dirinya. “Jumlah yang ingin dievakuasi itu berkisar 40%, sisanya enggan, dan mereka masing-masing punya alasan pribadi,” katanya.

Advertisement

Muhammad Rasyad, mahasiswa asal Jawa Tengah, mengatakan dirinya sampai sekarang belum berpikir ikut evakuasi. Ketua Kerukunan Sulawesi Selatan (KKS) Yusran Yusuf juga mengatakan enggan dievakuasi. Keengganan serupa diutarakan Ketua Kelompok Studi Mahasiswa Riau Azril Ysri yang menganggap Mesir masih aman bagi mahasiswa asal Indonesia.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif