News
Kamis, 26 Juli 2012 - 18:29 WIB

KRISIS KEDELAI: 30% Pengrajin Tahu dan Tempe Jateng Gulung Tkar

Redaksi Solopos.com  /  R. Bambang Aris Sasangka  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Perajin tempe melakukan proses pengepakan kedelai ke dalam plastik pembungkus di Krajan, Mojosongo, Solo. Akibat tingginya harga kedelai impor yang mencapai Rp8.000, perajin tempe terpaksa memangkas ukuran tempe dengan mengurangi takaran. (JIBI/SOLOPOS/Burhan Aris Nugraha)

Perajin tempe melakukan proses pengepakan kedelai ke dalam plastik pembungkus di Krajan, Mojosongo, Solo. Akibat tingginya harga kedelai impor yang mencapai Rp8.000, perajin tempe terpaksa memangkas ukuran tempe dengan mengurangi takaran. (JIBI/SOLOPOS/Burhan Aris Nugraha)

SEMARANG – Melonjaknya harga kedelai, menyebabknya sekitar 30% pengrajin tahu dan tempe di Provinsi Jateng gulung tikar.
Advertisement

Sekretaris Pusat Koperasi Tahu Tempe Indonesia (Puskopti) Provinsi Jateng, Rifai, mengatakan pengrajin tempe dan tahu kelas menengah dan kecil paling banyak terkena imbas kenaikan harga kedelai. ”Pengrajin dengan produksi tahu dan tempe 30 kilogram ke bawah per hari banyak menghentikan usaha mereka,” katanya, Kamis (26/7/2012).

Rifai serta beberapa pengusaha dan pengurus Primer Koperasi Produsen Tahu Tempe Indonesia (Primkopti) dari kabupaten/kota mendatangi Disperindag Jateng. Mereka diterima langsung Kepala Disperdinag Jateng, Ikhwan Sudrajat.
Menurut Rifai, dari 9.500 orang anggota Pukopti sekitar 30% telah menghentikan usaha atau gulung tikar. Indikasi ini dilihat dari turunnya anggota yang membeli kedelai dari semula 400 ton per hari menjadi 300 ton per hari. ”Selama ini pembeli kedelai terbanyak pengrajin kecil dengan produksi antara 15 kilogram-30 kilogram tahu dan tempe per hari,” tandasnya.

Lebih lanjut Rifai yang juga Wakil Ketua Primkopti Kendal, menyatakan harga kedelai yang mencapai Rp8.000 per kilogram memberatkan pengrajin menengah dan kecil. Untuk itu, ia mendesak kepada pemerintah memberikan subsidi pembelian kedelai kepada pengrajin tahu dan tempe. ”Kami minta subsidi pembelian kedelai antara Rp1.500 per kilogram-Rp2.000 per kilogram. Idealnya harga kedelai di bawah Rp7.000 per kilogram,” ujarnya. Dia menambahkan telah menerima surat dari Puskopti pusat untuk melakukan mogok nasional, ”Tanpa mogok saja sudah banyak yang berhenti produksi,” katanya.

Advertisement

Sedang Sekretaris Primkopti, Purwodadi, Muzayin, mengungkapan bila pemerintah tak segera memberikan subsidi pembelian kedelai nasib pengrajin tahu dan tempe semakin sengsara. Sebab ongkos produksi pembuatan tahu dan tempe sudah tak menutupi lagi, sehingga kalau dipaksakan akan mengalami kerugian. ”Dari 216 anggota kami, sudah 30% tak produksi. Mereka sekarang menganggur tak bekerja,” ungkap Muzayin.

Wewenang Pusat
Menanggapi tuntutan ini, Kepala Disperindag Jateng, Ikhwan Sudrajat menyatakan segera menyampaikan kepada Gubernur dan Kementerian Perdagangan pusat. ”Subsidi menyangkut masalah anggaran dana cukup besar yang menjadi kewenangan dari pemerintah pusat,” ujar dia.

Selain pemberian subsidi, imbuh dia, langkah yang bisa diambil pemerintah dengan membebaskan bea masuk kedelai impor.
”Untuk pembebasan bea masuk impor kedelai akan diberlakukan awal Agustus sampai Desember 2012,” ucap dia. Menurut Ikhwan, perlu segera diambil langkah untuk membantu pengrajin tahu dan tempe di Jateng karena merupakan penyangga nasional. ”Jateng memberikan kontribusi 70% dari total produksi tahu dan tempe nasional.”

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif