News
Jumat, 20 April 2018 - 14:10 WIB

Korea Selatan: Korut Ingin Denuklirisasi Penuh Tanpa Ajukan Syarat

Redaksi Solopos.com  /  Septina Arifiani  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

<p><strong>Solopos.com, SEOUL &ndash;</strong> Presiden <a href="http://news.solopos.com/read/20180406/497/908452/kim-jong-un-akan-bertemu-presiden-korea-selatan-">Korea Selatan</a>, Moon Jae In, Kamis (20/4/2018) mengatakan Korea Utara telah menyatakan keinginan untuk denuklirisasi penuh dan tidak menginginkan persyaratan. </p><p>Moon mengatakan kesepakatan pemulihan hubungan di antara kedua Korea dan AS seharusnya tidak sulit dicapai melalui pertemuan Korut dengan Korsel dan Korut dengan AS dalam upaya mengendalikan program nuklir dan peluru kendali Korut.</p><p>"<a href="http://entertainment.solopos.com/read/20180331/482/907255/k-pop-red-velvet-bangga-tampil-di-korea-utara-">Korut</a> menyatakan keinginan untuk denuklirisasi penuh," kata Moon kepada wartawan, sebagaimana dikutip <em>Antara</em> dari <em>Reuters</em>, Kamis (20/4/2018).</p><p>"Mereka belum memberikan persyaratan apa pun yang tidak dapat diterima AS, seperti, penarikan pasukan <a href="http://news.solopos.com/read/20180413/497/910186/donald-trump-sebut-pertemuan-as-dan-korut-sedang-diatur-">Amerika Serikat</a> dari Korsel. Semua yang mereka ungkapkan adalah berakhirnya kebijakan bermusuhan terhadap Korut, diikuti jaminan keamanan," katanya.</p><p>Korut mempertahankan program persenjataannya, yang menyimpang dari resolusi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa, sebagai alat pencegah yang diperlukan terhadap permusuhan AS. AS menempatkan 28.500 pasukan di Korsel, warisan dari Perang Korea 1950-1953.</p><p>Korut mengatakan selama bertahun-tahun mereka dapat mempertimbangkan untuk menyerah pada persenjataan nuklirnya jika AS menarik pasukannya dari Korsel dan menarik kembali payung nuklir dari Korsel dan Jepang.</p><p>Korsel mengumumkan pada Rabu (18/4/2018), mereka sedang mempertimbangkan bagaimana mengubah gencatan senjata satu dekade dengan Korut ke dalam perjanjian damai saat mempersiapkan pertemuan puncak antara Korut-Korsel bulan ini.</p><p>Korsel yang tertutup dan Korsel yang kaya dan demokratis secara teknis masih berperang karena konflik 1950-1953 berakhir dengan gencatan senjata, bukan perjanjian damai.<br />Moon mengatakan melihat kemungkinan perjanjian damai, atau bahkan bantuan internasional untuk perekonomian Korut, jika Korut melakukan denuklirisasi.</p><p>Namun, dia mengatakan pertemuan puncak itu memiliki "banyak kendala," karena kedua Korea tidak bisa membuat kemajuan terpisah dari pertemuan puncak Korut-AS, dan tidak bisa mencapai kesepakatan melebihi sanksi internasional.</p><p>"Jadi pertama, pertemuan puncak Korsel-Korut harus membuat awal yang baik, dan perbincangan antara kedua Korea kemungkinan harus berlanjut setelah kita melihat hasil pertemuan Korut-AS," kata Moon.</p><p>&nbsp;</p>

Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Kata Kunci :
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif