News
Sabtu, 1 Februari 2014 - 05:13 WIB

KONFLIK SURIAH : Dua Kubu Gagal Berdamai

Redaksi Solopos.com  /  Rahmat Wibisono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi (JIBI/Solopos/Reuters)

Solopos.com, JENEWA — Putaran pertama perundingan damai soal Suriah yang berakhir Jumat (31/1/2014), mengalami kebuntuan. Kedua pihak bertikai bersikukuh dengan sikapnya masing-masing. Sementara itu, penengah perundingan dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengungkapkan rasa frustrasinya karena tidak dapat menghasilkan kesepakatan soal pembukaan akses bantuan bagi para warga sipil yang terperangkap di kota yang terkepung.

Diwartakan Reuters, Jumat, setelah selama satu pekan perundingan pertama antara pemerintahanan Presiden Bashar al-Assad dan pihak oposisi dilaksanakan di markas besar PBB di Jenewa, kedua pihak yang bertentangan masih terjebak pada pertanyaan tentang bagaimana melanjutkan pembicaraan. “Saya berharap pada pertemuan berikutnya, ketika kami bertemu kembali, kita akan dapat melakukan pembahasan yang lebih tersusun,” kata penengah PBB, Lakhdar Brahimi.

Advertisement

Brahimi merasa sangat kecewa karena iring-iringan kendaraan pembawa bantuan PBB masih menunggu tanpa hasil untuk dapat memasuki Kota Tua Homs, yang dikuasai oleh pemberontak. Juru bicara PBB Jens Laerke mengatakan perundingan masih berjalan dan kedua belah pihak di lapangan berupaya membawa iring-iringan pembawa bantuan bisa masuk ke Homs. “Tetapi sayangnya, saya baru saja menerima kabar terbaru. Pada pagi ini, iring-iringan tersebut tidak bergerak.”

Dengan tidak ada pencapaian menyangkut hal-hal substantif, para diplomat mengatakan prioritas saat ini adalah hanya menjaga proses perundingan terus berjalan dengan harapan sikap-sikap keras suatu saat bisa melunak.

Pada konferensi itu, kedua belah pihak menetapkan posisi tegas yang tidak pernah mereka berikan sebelumnya. Kedua belah pihak sepakat untuk menggunakan dokumen tahun 2012 sebagai dasar bagi pembicaraan. Namun tak lama kemudian mereka kembali memegang posisi bertentangan soal itu.

Advertisement

Pertemuan terakhir, Kamis (30/1/2014), sebagaimana dicatat Antara dimulai dengan sikap harmonis yang jarang ditemui, yaitu ketika semua pihak sejenak mengheningkan cipta bagi 130.000 orang yang terbunuh selama perang. Namun, kedua belah pihak dengan cepat kembali ke posisi sengketa mereka.

Delegasi pemerintah menuduh pihak oposisi mendukung terorisme karena menolak menandatangani resolusi yang menentang aksi terorisme. Damaskus menggunakan kata teroris untuk menggambarkan semua pejuang pemberontakan. Sementara negara-negara Barat telah menyatakan beberapa kelompok Islamis di kalangan pemberontak, seperti Islamic State of Iraq dan Levant (ISIL), sebagai teroris namun menganggap kelompok-kelompok pemberontak lainnya sebagai para pejuang yang sah dalam perang saudara tersebut.

 

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif