Redaksi Solopos.com / R. Bambang Aris Sasangka | SOLOPOS.com
Menurut laporan, 1.000 personel militer Prancis termasuk pasukan lintas udara dan 200 personel militer Mali berhasil menguasai bandara setempat dan mengepung kota kuno di tepi Sungai Niger itu tanpa perlawanan. Penguasaan atas Timbuktu ini menyusul aksi perebutan kilat Kota Gao oleh pasukan gabungan Prancis dan Mali akhir pekan lalu. Kota itu adalah salah satu kota utama di wilayah utara Mali yang jatuh ke tangan pasukan pemberontak sejak tahun lalu.
Intervensi militer Prancis yang sudah berlangsung dua pekan, yang dilakukan atas permintaan Mali dan didukung luas oleh dunia internasional, berhasil mendesak kelompok gerilyawan ke arah utara perkotaan dan membuat mereka lari ke kawasan gurun dan pegunungan. Seorang juru bicara militer Prancis menyatakan mereka berusaha menghindari pertempuran di dalam kota agar tidak merusak aneka bangunan kuno bersejarah seperti masjid-masjid, tempat-tempat ziarah dan perkampungan tradisional yang terbuat dari lumpur dan tanah liat. Bangunan-bangunan itu adalah penanda kekayaan budaya dan intelektualisme Islam, namun ironisnya kelompok militan pendukung Al Qaeda justru menghancurkan beberapa di antaranya.