News
Kamis, 19 Januari 2017 - 17:00 WIB

Konferensi Pers Terakhir Sebagai Presiden AS, Obama Kritik Permukiman Yahudi

Redaksi Solopos.com  /  Adib Muttaqin Asfar  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Presiden AS Barack Obama menerima pelukan terima kasih dari salah satu anak di pusat pengungsian di Kuala Lumpur, Malaysia, Sabtu (21/11/2015). (JIBI/Reuters/Jonathan Ernst)

Dalam konferensi pers terakhir sebagai Presiden AS, Barack Obama mengungkapkan perdamaian Israel-Palestina kian buram karena permukiman Yahudi.

Solopos.com, JAKARTA — Prospek solusi atas konflik dua negara Israel dan Palestina semakin buram akibat perkembangan permukiman Yahudi di Tepi Barat. Demikian dikatakan Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama dalam acara konferensi pers terakhirnya sebagai presiden di negara adidaya tersebut.

Advertisement

Menurutnya, AS tidak memveto resolusi PBB soal aktivitas pembangunan permukiman Israel bulan lalu. Pasalnya, pemerintahnya merasa bahwa solusi dua negara menjadi satu-satunya opsi untuk menuju perdamaian.

“Tujuan resolusi PBB adalah sederhana bahwa perkembangan permukiman [Yahudi di Tepi Barat] telah menimbulkan realitas di lapangan yang kian membuat solusi dua negara tidak akan mungkin,” ujar Obama sebagaimana dikutip Aljazeera.com, Kamis (19/1/2017).

Dia menambahkan bahwa sangat penting bagi AS untuk mengirim sinyal atau peringatan bahwa peluang ini akan berlalu kalau tidak dimamfaatkan.

Advertisement

Pada bagian lain Obama membela kebijakannya terkait pendekatan dengan Kuba setelah hubungan kedua negara dipulihkan kembali. Pemerintah Obama menghapus embargo ekonomi dan mengizinkan penerbangan langsung dari AS ke negara itu maupun sebaliknya.

“Kebijakan itu merupakan pembaruan dari cara berpikir lama yang sudah tidak masuk akal hari ini dan kami telah saling buka perjalanan antar kedua negara,” ujar Obama yang akan mengakhiri pemerintahannya besok untuk selanjutnya digantikan Donald Trump. Baca juga: Fidel Castro Berpulang, Kuba Kehilangan “Pelindung” Melawan Trump.

Trump yang ingin tampil sebagai antitesis Obama, berpotensi menggagalkan kesepakatan AS dengan Presiden Kuba Raul Castro untuk mengakhiri perang dingin selama puluhan tahun. Pada akhir kampanye Pilpres AS lalu, Trump berusaha meyakinkan warga AS keturunan Kuba (mayoritas oposisi Castro) di Florida dengan berjanji menjadi akan melawan Castro.

Advertisement

Trump berjanji jika terpilih bakal menutup Kedutaan AS di Havana yang belum lama dibuka kembali. Trump juga mengkritik Obama yang menurutnya harus bisa membuat kesepakatan yang lebih baik sebelum mengembalikan hubungan diplomatik dengan Kuba.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif