News
Senin, 22 Februari 2016 - 22:37 WIB

KISAH UNIK : Transgender Cilik Ini Tempuh Jalur Hukum agar Tetap Jadi Perempuan

Redaksi Solopos.com  /  Rini Yustiningsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Isabelle, trangender cilik asal Australia yang berjuang mendapatkan pengobatan hormon (news.com.au)

Kisah unik datang dari Australia.

Solopos.com, MELBOURNE — Adalah Isabelle usia 12 tahun warga Taggerty, kota kecil 100 kilometer timur laut Melbourne. Dia terlahir sebagai lelaki, Isabelle menyebut jiwa perempuannya terjebak dalam tubuh laki-lakinya. Isabelle didukung keluarganya menempuh jalur hukum agar dia tetap menjadi perempuan. Dia menempuh jalur hukum agar bisa mendapat akses pengobatan hormon.

Advertisement

Isabelle merupakan sulung dari pasangan Naomi dan Andre, adik Isabell merupakan perempuan yang masih berusia 9 tahun. Sebagaimana diberitakan News.com.au, keluarga Isabelle menuju Canbera untuk mendapatkan status hukum itu.

Australia diyakini menjadi satu-satunya negara di dunia, di mana anak-anak transgender diminta untuk menempuh jalur Pengadilan Keluarga untuk mendapatkan akses pengobatan tersebut. Di Australia tercatat sekitar 44.000 anak transgender. Terlahir laki-laki tapi mengenai diri mereka sebagai perempuan, demikian sebaliknya.

Advertisement

Australia diyakini menjadi satu-satunya negara di dunia, di mana anak-anak transgender diminta untuk menempuh jalur Pengadilan Keluarga untuk mendapatkan akses pengobatan tersebut. Di Australia tercatat sekitar 44.000 anak transgender. Terlahir laki-laki tapi mengenai diri mereka sebagai perempuan, demikian sebaliknya.

Mereka didampingi ahli hukum dan dokter spesialis pengobatan remaja. Mereka menemui parlemen untuk mengisahkan kisah Isabelle. Upaya keluarga ini untuk mencegah Isabelle depresi dan berupakan untuk bunuh diri maupun menyakiti tubuhnya.

“Isabelle pernah berkata bahwa jika dia tidak bisa menjadi dirinya sendiri dan hidup menjadi seorang perempuan, lebih baik dia mati. Hal itulah yang menjadi kesulitan dan harus dihadapi. Itu menjadi hal yang menakutkan bagi seorang ibu, dan aku akan melakukan apa saja untuk memastikan dia aman,” ujarnya sebagaimana dikutip Liputan6.

Advertisement

Pendukung transgender mengklaim kasus yang dibawa ke jalur hukum seperti itu dapat memakan biaya hingga 30.000 dolar Australia atau Rp 402.600.000 dan memerlukan waktu berbulan-bulan.

Hari ini, Senin (22/2/2016) seperti yang dilansir news.com.au Isabelle bertemu dengan politikus mendesak mengubah aturan hukum mengenai pengobatan hormon bagi anak-anak transgender.

“Aku seorang perempuan, dan terlahir sebagai perempuan, bukan laki-laki yang ingin menjadi perempuan. Sayangnya, aku dikutuk dengan fisik seperti yang tidak sesuai dengan identitasku sebagai perempuan. Hal ini sangat berat dan membuatku stres. Aku pernah berusaha menyakiti diriku sendiri dan mempertanyakan apakah aku ingin berada di sini. Aku takut jika aku harus tumbuh dan mengalami pubertas seperti laki-laki dan tidak mendapatkan pengobatan tepat yang dapat membantuku memiliki tubuh yang seharusnya,” ujarnya.

Advertisement

Bunuh Diri

Ketika Daily Mail bertanya apa yang akan dia lakukan jika tidak dapat mengakses pengobatan, Isabelle menjawab, “Aku tidak akan merasakan apa-apa karena aku akan mati.”

Ayah Isabelle, Andrew, membela putrinya dengan mempertanyakan mengapa anak dan keluarganya harus melalui proses hukum yang tak ada artinya. “Ketika anakmu, keluarganya, dan dokter setuju dengan apa yang terjadi, mengapa pengadilan perlu dilibatkan?” ujar dia.

Advertisement

Wakil dari Royal Children’s Hospital, Michelle Telfer yang juga dokter anak spesialis Gender Dysphoria–kondisi di mana seseorang merasa fisiknya tak sesuai dengan kondisi gender yang diidentifiksinya sendiri juga hadir dalam pertemuan itu.

Sejak 2012, Telfer telah mengobati lebih dari 200 anak dengan gender dysphoria. Seperti kasus Isabelle, peraturan harus diubah secepat mungkin. “Tanpa akses pengobatan, risiko bunuh diri dan menyakiti tubuh akan jauh lebih tinggi,” ujar Dr Telfer.

Dr Telfer berkata pemberian hormon lintas seks untuk anak-anak dilatar belakangi dengan ilmu pengetahuan yang kuat. “Bagi mereka yang melakukan transisi setelah pubertas yang menyesal telah melakukan pengobatan itu kurang dari satu persen.”

Ia juga menambahkan, “Hanya anak-anak yang mengerti bagaimana perasaan mereka. Aku rasa kita harus percaya dengan anak-anak itu.”

Bagaimana menurut Anda?

Advertisement
Kata Kunci : Kisah Unik
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif