News
Kamis, 14 Agustus 2014 - 07:30 WIB

KISAH UNIK : Kini Tersedia, Cakaran Kucing Berwajah Kim Jong Un...

Redaksi Solopos.com  /  Septina Arifiani  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Patung cakaran kucing berwajah Kim Jong Un (dailymail.co.uk)

Solopos.com, SOLO – Kegemaran kucing yang kerap mencakar barang di hadapannya rupanya menginspirasi produsen kebutuhan hewan peliharaan untuk membuat patung cakaran kucing unik. Patung yang disediakan bagi kucing-kucing peliharaan mengasah kuku itu berbentuk wajah para pemimpin dunia yang dianggap lalim terhadap rakyatnya.

Selain untuk memanjakan si meong, patung-patung itu juga dimaksudkan untuk memprotes para pemimpin dunia yang dianggap lalim terhadap rakyatnya, seperti presiden Korea Utara, Kim Jong Un. Betapa tidak, setiap kali si meong berhasrat mengasah kuku, maka profil sang pemimpin lalim bakal tercakar dengan kejam.

Advertisement

Daily Mail, Senin (11/8/2014), melaporkan patung cakaran setinggi 45 cm yang menghabiskan waktu 200 jam dalam pengerjaannya dibanderol dengan label harga 45.000 pounsterling atau setara dengan Rp88,6 juta. Produk peranti unik bagi hewan kesayangan itu dinamai The Pussycat Riot, seperti nama sebuah band punk di Rusia yang pernah dipenjara akibat menghina Presiden Rusia, Vladimir Putin.

Tak hanya menyediakan cakaran kucing berwajah Kim Jong Un yang dianggap telah merampas hak rakyatnya untuk mengakses Internet, beberapa wajah pemimpin dunia lainnya juga turut dihadirkan, di antaranya adalah Perdana Menteri Turki Recep Tayyip Erdogan, Presiden Rusia Vladimir Putin, dan Presiden Mesir Abdel Fattah El Sisi. Produk itu memang sengaja dihadirkan untuk menyindir beberapa pemimpin dunia yang telah merampas kebebasan masyarakatnya dalam mengakses Internet seperti Youtube, Facebook, dan Twitter.

Semua pendapatan atas penjualan produk itu akan disumbangkan untuk kegiatan amal. Cian McKenna, direktur pemasaran produk itu mengatakan cakaran kucing ini merupakan suatu usahanya sebagai bentuk protes pada pemimpin dunia yang telah melanggar kebebasan rakyatnya. “Internet adalah milik semua orang. tapi cobalah untuk mengatakan bahwa para penguasa negara telah mengendalikan warganya sendiri dengan berbagai sensor,” kata Cian McKenna.

Advertisement

 

Advertisement
Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif