News
Senin, 3 Maret 2014 - 16:49 WIB

KISAH UNIK : Kangen Nenek, Napi Boyolali Ini Kabur dari Rutan

Redaksi Solopos.com  /  Adib Muttaqin Asfar  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi tahanan (JIBI/Solopos/Dok.)

Solopos.com, BOYOLALI — Apa yang dilakukan Mardiyanto, 20, memang tidak biasa. Narapidana (napi) asal Desa Cabean Kunti, Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali, itu kabur dari Rumah Tahanan (Rutan) Boyolali ke rumahnya, Minggu (2/3/2014), dengan alasan kangen neneknya.

Mardiyanto akhirnya kembali ke rutan setelah tertangkap dan diserahkan oleh keluarganya, Senin (3/3/2014). Kepada petugas rutan, Mardiyanto mengaku kabur lantaran rindu pada neneknya.

Advertisement

Ditemui wartawan di kantornya, Senin, kepala Rutan Boyolali, Satriyo Waluyo, membenarkan tertangkapnya Mardiyanto tersebut, Senin. Diungkapkan dia, proses pencarian sempat diwarnai kejar-kejaran antara petugas dengan napi yang ditahan akibat kasus pencurian ponsel tersebut. Namun yang bersangkutan sempat berhasil lolos.

Pengejaran terhadap Mardiyanto dilakukan para petugas rutan dengan berkoordinasi dengan jajaran Polres Boyolali, khususnya Polsek Boyolali dan Polsek Cepogo. “Tim dibagi menjadi dua, satu tim naik ke atas [ke arah Cepogo] dan memburu hingga ke rumah napi tersebut, dan satu tim lainnya menyisir wilayah Boyolali Kota,” papar Satriyo.

Dari penyisiran tim, Mardiyanto sempat terlacak petugas di sekitar Terminal Sunggingan, Boyolali. Sempat terjadi kejar-kejaran dengan Mardiyanto yang mengendarai sepeda motor pinjaman. Namun akhirnya Mardiyanto lolos ke arah Desa Kebonbimo, Kecaman Boyolali. Tim kemudian langsung berkoordinasi dengan pihak Pemerintah Desa Cabean Kunti dan keluarga Mardinyanto.

Advertisement

Benar saja, setelah petugas pulang dari rumahnya, Mardiyanto pun pulang ke rumah. Kemudian oleh pihak keluarga dan masyarakat, Mardiyanto diserahkan ke rutan Senin pagi, sekitar pukul 09.30 WIB. “Tadi pagi diserahkan oleh pihak keluarga dan perangkat desa,” ungkapnya.

Satriyo mengatakan menurut pengakuan Mardiyanto, dia kabur dari rutan karena rindu dengan neneknya. Namun ditegaskan dia, petugas tak percaya begitu saja alasan tersebut. “Masih kami mintai keterangan lebih lanjut tentang alasannya kabur dari sini. Untuk sementara ini kami masukkan dia ke sel isolasi,” imbuh dia.

Dengan insiden kaburnya salah satu napi tersebut, Satriyo mengatakan pihaknya akan lebih waspada, termasuk melakukan langkah antisipasi. Diakuinya, selain kelengahan petugas, hal ini juga karena faktor terbatasnya jumlah petugas jaga di rutan tersebut. “Karena saat meminta izin menyalakan lampu di lantai dua, tidak ada petugas yang mendampinginya. Ini juga akan menjadi evaluasi bagi kami,” katanya.

Advertisement

Di samping itu, Satriyo juga mengakui faktor ketinggian tembok rutan juga tidak memadai untuk keamanan tempat tersebut. “Kalau di rutan lainnya, rata-rata ketinggian [tembok] sekitar tiga sampai empat meter, minimal empat meter, tapi di sini hanya dua meter,” ungkapnya.

Lebih lanjut Satriyo mengatakan Mardiyanto yang berstatus sebagai tahanan pendamping (tamping) itu, seharusnya bisa mengajukan cuti bersyarat. Namun lantaran insiden tersebut, maka hak Mardiyanto untuk cuti bersyarat maupun keringanan hukuman terpaksa dicabut. Mardiyanto juga harus menghabiskan sisa waktu tahanan tanpa potongan. Dari masa tahanan satu tahun tiga bulan, saat ini Mardiyanto sudah menjalaninya selama sembilan bulan.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif