News
Sabtu, 2 Agustus 2014 - 17:58 WIB

KISAH MISTERI : Relawan Jokowi Bernama Naga Mas Ini Terbiasa Makan Bunga Kantil dan Mawar

Redaksi Solopos.com  /  Rini Yustiningsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Naga Mas, perempuan asal Tohudan RT 004/RW 004 Colomadu, Karanganyar dengan lahapnya memakan bunga mawar warna merah muda di Posko Center Rakyat Jokowi Manahan, Solo, Sabtu (2/8/2014). (Tri Rahayu/JIBI/Solopos)

Solopos.com, SOLO–Kebiasaan perempuan yang satu ini mengundang misteri. Dia adalah Mulyani. Dia mendapat julukan Naga Mas. Naga Mas merupakan relawan Jokowi di Solo. Kebiasaannya tergolong aneh. Suka makan bunga kantil dan mawar.

Mulyani, 48, demikian nama kecil perempuan yang tinggal di Tohudan RT 004/RW 004, Colomadu, Karanganyar itu. Siang itu, Sabtu (2/8/2014), Mulyani meletakkan dua bungkusan daun pisang di meja. Tak lama kemudian, perempuan kelahiran 1966 itu mengambil segelas air mineral dari dalam kardus tak jauh di tempat duduknya.

Advertisement

Perlahan bungkusan itu pun dibuka satu per satu. Ternyata, bungkusan itu berisi bunga mawar warna merah muda dan 10 buah bunga kantil. Entah apa yang dilakukan perempuan itu.

Tiba-tiba bunga-bunga itu dimakan dengan lahapnya, seperti makan nasi gudangan. Meski rasanya anyir campur pahit, ia tak merasakan itu. Ia makan bunga-bunga itu sembari ngobrol dengan Solopos.com di salah satu ruang Posko Center Rakyat Jokowi di Manahan, Solo, Sabtu (2/8).

Sejumlah sukarelawan Jokowi di posko itu sudah terbiasa dengan kebiasaan Mulyani yang dikenal dengan nama Naga Mas. “Makan bunga-bunga itu sudah biasa baginya. Aneh memang,” ceteluk Lanjar, salah satu sukarelawan di ruang itu.

Advertisement

Sejak umur sembilan tahun, perempuan asal Dayak itu berhenti makan nasi, sayur, dan lauk pauk seperti kebanyakan orang. Ia makan makanan pada umumnya ketika pengin saja. Itu pun dalam jumlah yang sedikit karena sering muntah kalau makan selain bunga.

Kebiasaan itu disebabkan karena mengikuti kebiasaan ayahnya sewaktu tinggal di Dayak. Ayah Naga dikenal masyarakat Suku Dayak sebagai sesepuh daerah itu. Sejak ayahnya meninggal dunia 40 tahun silam, Naga diajak ibundanya kembali ke Solo.

Semula Naga sempat sembunyi-sembunyi saat makan bunga. Ia tak berani makan bunga di depan umum karena takut disalahartikan orang.

Advertisement

“Bagi saya makan seperti ini sudah biasa. Tapi, bagi masyarakat umum, saya bisa dikira mau menyantet atau apa. Makanya kalau makan selalu menjadi tempat yang tepat,” akunya.

 

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif