News
Rabu, 1 Februari 2017 - 11:30 WIB

Kisah Memilukan Mbah Kecrut, Tunawisma Cengklik yang Kakinya Putus Terlindas Kereta

Redaksi Solopos.com  /  Jafar Sodiq Assegaf  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Widji alias Kecrut menjaga pintu masuk Waduk Cengklik sisi timur, Selasa (31/1/2017). (Aries Susanto/JIBI/Solopos)

Mbah Kecrut berharap Jokowi datang melihat kondisi Waduk Cengklik yang merana.

Solopos.com, NGEMPLAK — Widji biasa dipanggil Kecrut. Di kursi roda usang, pria 60 tahun itu sehari-hari berjaga di pintu masuk Waduk Cengklik sisi timur. Itulah satu-satunya sumber penghasilannya.

Advertisement

Para pengunjung biasa memberinya uang sukarela saat melintasi waduk. Saat berjaga, Kecrut berteduh di bawah payung kumal. Sepasang kacamata hitam tak pernah lepas dari matanya. “Kalau enggak pakai kacamata hitam, silau,” kata Kecrut saat berbincang dengan wartawan JIBI/Solopos di Waduk Cengklik, Selasa (31/1/2017).

Kisah hidup Kecrut sungguh malang. Selain tak memiliki istri, Kecrut juga tak memiliki kedua kakinya. Kedua kakinya putus terlindas kereta api saat menjadi pekerja di perusahaan kereta api di wilayah Kebumen.

“Saat itu, saya lelah bekerja. Lalu saya tertidur di rel sambil mencari udara segar, enggak tahunya ada gerbong kereta keluar dari gudang dan melindas kaki saya,” kenangnya.

Advertisement

Kisah malang Kicrut tak hanya di sana. Meski lahir dan dibesarkan di Dukuh Cengklik, Kecrut adalah seorang tunawisma. Setiap malam, ia tidur di teras-teras warung. Untuk kebutuhan makan dan minum, Kecrut menerima bantuan dari para dermawan pengelola warung di kawasan Waduk Cengklik. “Kalau kedinginan, ya pakai jaket ini,” ujarnya menunjukkan jaket kumal di kursi roda.

Kecrut beberapa kali harus menghela nafas panjang saat berkisah tentang Waduk Cengklik. Ia mengaku lahir dan besar di Dukuh Cengklik, Desa Sobokerto, Ngemplak. Sejak kecil, ia terbiasa bermain-main di waduk yang dibangun pada Pemerintahan Belanda itu. Saking bersihnya air Waduk, Kecrut dan keluarganya terbiasa mencuci dan mandi memakai air waduk.

Waduk seluas 250 hektare itu juga kerap menjadi sarana olahraga balap dayung dan lomba sky air. Namun, sergahnya, kisah indah itu kini tinggal kenangan. “Alih-alih untuk mandi dan lomba sky air, untuk memancing saja susah. Karena nyaris seluruh permukaan waduk saat ini dipenuhi eceng gondok,” sesalnya.

Advertisement

Kecrut mengaku prihatin menyaksikan kondisi Waduk Cengklik akhir-akhir ini. Selain dipenuhi eceng gondok, sampah-sampah berserakan. Beberapa hari lalu, Kecrut sempat muncul harapan saat Presiden Joko Widodo (Jokowi) berkunjung ke Boyolali. Saat itu, ia ingin presiden datang dan menyaksikan kondisi waduk yang merana. “Saya berharap Pak Jokowi ke sini [Waduk Cengklik] dan akan melihat langsung kondisi Cengklik yang merana ini,” akunya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif