News
Selasa, 9 November 2010 - 09:10 WIB

Kerusuhan Sahara Barat, 3 orang tewas 70 cidera

Redaksi Solopos.com  /  Arif Fajar Setiadi  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Rabat–Kantor berita resmi Marokko, Senin (8/11) waktu setempat, melaporkan tiga orang tewas dan sedikitnya 70 orang lagi cedera dalam bentrokan antara pasukan keamanan dan pemrotes di satu kamp di daerah yang dikuasai Marokko di Sahara Barat.

Menurut MAP, pasukan keamanan Marokko menyerbu kamp Gdim Izik, sekitar 10 kilometer di sebelah timur Laayoune, untuk menangkap beberapa orang yang mengancam penghuni kamp tersebut.

Advertisement

Bentrokan terjadi dan seorang personil keamanan dan seorang pekerja pertahanan sipil tewas dan 70 orang cedera, empat di antara mereka berada dalam kondisi serius.

Seorang lagi personil keamanan ditikam hingga tewas di Laayoune, saat kerusuhan meluas ke dalam kota kecil itu.

Advertisement

Seorang lagi personil keamanan ditikam hingga tewas di Laayoune, saat kerusuhan meluas ke dalam kota kecil itu.

Kerusuhan tersebut adalah yang terburuk dalam beberapa tahun di Sahara Barat, bekas koloni Spanyol yang dimasukkan ke dalam wilayah Marokko oleh pemerintah di Rabat pada 1975. Sejak itu, pertikaian sengit telah berlangsung antara Rabat dan pemberontak.

Bentrokan tersebut terjadi sebelum fajar, ketika pasukan keamanan Marokko membubarkan protes di satu kamp ribuan tenda di dekat kota utama di Sahara Barat, Laayoune. Selama satu bulan, kamp itu tejadi menjadi ujian bagi Marokko dalam menghadapi ketidak-puasan.

Advertisement

Seorang pemrotes mengatakan kepada Reuters di tempat kejadian, “Kemarahan menggeledak. Kami turun ke jalan untuk memprotes Marokko.”

Sahara Barat adalah jalur gurun yang berpenduduk jarang dengan ukuran seluas Inggris. Wilayah itu kaya akan ikan di lepas pantainya dan kandungan fosfat, yang digunakan untuk pupuk dan detejen.

Tentara Marokko menciduk sebanyak 65 orang karena melawan pasukan keamanan, kata kantor berita tersebut.

Advertisement

Serbuan itu dilakukan beberapa jam sebelum peluncuran kembali pembicaraan tak resmi dukungan-PBB antara pemerintah Marokko dan pemberontak Front Polisario di New York mengenai nasib wilayah tersebut.

Marokko mengusulkan otonomi buat wilayah itu sementara Fron Polisario mengingini kemerdekaan. Marokko mengatakan wilayah tersebut mesti berada di bawah kedaulatannya, sementara Fron Polisario menyatakan Sahara Barat adalah “negara merdeka”.

Fron Polisario melancarkan perang gerilya melawan pasukan Marokko sampai PBB menengahi gencatan senjata pada 1991. Sejak itu, beberapa babak pembicaraan telah gagal menghasilkan kesepakatan.

Advertisement

ant/rif

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif