News
Minggu, 26 Februari 2012 - 17:44 WIB

KENAIKAN HARGA BBM: Lebih Cepat Lebih Baik

Redaksi Solopos.com  /  R. Bambang Aris Sasangka  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi (JIBI/Bisnis Indonesia/dok)

JOGJA – Pengamat ekonomi Anggito Abimanyu menegaskan semakin cepat kenaikan harga BBM dilakukan, dampaknya justru lebih baik.

Ilustrasi (JIBI/Bisnis Indonesia/dok)

Advertisement
Menurut Anggito, belajar dari pengalaman 2008, pemerintah lamban mengambil kebijakan sehingga justru terjadi kenaikan harga yang masif. “Kalau ditunda lagi, kenaikan harga bisa lebih tinggi dari yang direncanakan sebesar Rp1.000,” ujarnya. Ia menilai kenaikan sebesar Rp1.000 masih mungkin untuk dilakukan meskipun sebaiknya kenaikan secara bertahap.

“Saat ini, tergantung seberapa cepat pemerintah untuk memberlakukan kebijakan ini. Setelah APBN-P seharusnya langsung disampaikan,” imbuh Dosen Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada ini. Ia memperkirakan, kenaikan sebesar Rp1.000 akan berpengaruh pada inflasi meski tidak besar. Apalagi, sekarang pengusaha sudah mulai menaikkan harga karena merespon ekspektasi pasar.

“Perkiraan inflasi tergantung. Kalau kenaikan pada premium saja, inflasi bisa capai 0,6 persen. Kalau setelah Mei, inflasi bisa lebih tinggi. Karena April-Mei adalah bulan deflasi. Dan ini belum saya hitung dengan solarnya,” ujarnya. Penurunan alokasi subsidi BBM, menurutnya juga kurang realistis. Ia berharap realokasi bisa dilakukan untuk percepatan konversi seperti infrastruktur, penyediaan converter kit dan sebagainya. “Pembatasan pasti ada, apalagi dengan penurunan alokasi subsidi BBM ini,” ujarnya.

Advertisement

Terkait dengan Bantuan Langsung tunai (BLT) yang rencananya juga akan dilakukan pemerintah, Anggito menilai hal itu tidak perlu dilakukan. “Belajarlah dari 2008. BLT mungkin dilakukan jika kenaikan harga bisa mencapai Rp2.500. Kalau kenaikan hanya Rp1.000 saya rasa tidak perlu,” tukasnya.

Peneliti Ekonomi Muda Senior Bank Indonesia Jogja yang juga anggota Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Djoko Raharto mengatakan kenaikan BBM sudah pasti akan menjadi penyumbang inflasi. “Pengaruhnya nanti tergantung pada seberapa besar kenaikannya. Jika premium naik 25 persen, tinggal dikalikan dengan bobot nilai konsumsi dalam keranjang komoditas,” ujarnya.

Menurutnya, kenaikan BBM juga menyebabkan dampak tak langsung, terutama pada kenaikan harga produk atau barang. “Otomatis akan menyebabkan kenaikan harga pada barang atau produk yang proses produksinya bergantung pada BBM akan kena imbas karena cost produksinya membengkak,” tegasnya.

Advertisement

JIBI/Harian Jogja/Intaningrum

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif