News
Senin, 13 Agustus 2012 - 19:16 WIB

Kemendikbud Dirikan 34 Perguruan Tinggi Baru

Redaksi Solopos.com  /  Arif Fajar Setiadi  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

SOLO-Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) mendirikan 34 perguruan tinggi baru, dalam kurun waktu dua tahun terakhir. Tujuannya untuk memperluas akses masyarakat di seluruh Indonesia untuk mengenyam pendidikan tinggi.

Direktur Pendidik dan Tenaga Kependidikan, Dirjen Dikti Kemendikbud, Prof  Supriadi Rustad, menerangkan 34 PTN itu terdiri atas 28 perguruan tinggi, empat institut seni dan budaya dan dua institut teknologi. “Ini capaian yang luar biasa. Selama dua tahun mendirikan 34 perguruan tinggi,” katanya saat menjadi pembicara seminar bertema Langkah Strategis UNS dalam Rangka Mencapai Reputasi Internasional, di Aula Perpustakaan Pusat UNS, Senin (13/8/2012).

Advertisement

Ia juga mengungkapkan jika dahulu banyak orang berlomba-lomba mencari beasiswa, kini justru sebaliknya. “Sekarang eranya beasiswa cari orang,” ujarnya.

Pasalnya, kata Supriadi, banyak sekali beasiswa yang tersedia, baik dari Kemendikbud sendiri atau pun dari berbagai instansi, termasuk dari lembaga asing. Selama kurun waktu 2008-2011, beasiswa yang disediakan Kemendikbud jumlahnya melebihi seluruh beasiswa dari sumber asing. “Setiap tahun, alokasi beasiswa mencapai 1.100 beasiswa,” jelasnya.

Terkait dosen, Supriadi kembali mengingatkan agar seorang dosen giat melakukan penelitian dan mempublikasikan hasilnya di jurnal ilmiah terakreditasi. Sebenarnya, publikasi karya itu justru untuk melindungi hak cipta. Oleh karena itu dosen harus rajin menulis. “Otomatis orang yang rajin menulis adalah orang yang rajin membaca,” katanya.

Advertisement

Ia juga menyoroti kasus plagiat di kalangan dosen. Menurutnya, kini pengaduan soal plagiat terbuka lebar. Oleh karena itu, dosen harus benar-benar mempulikasikan karyanya sendiri, bukan karya orang lain. Seorang profesor, lanjutnya, juga dituntut membuat karya ilmiah yang dipublikasikan. Jika tidak, tunjangan akan dicabut. “Guru besar yang tidak membuat karya ilmiah, tetap bisa dipanggil profesor, tapi tunjangan kehormatan tidak akan diterima,” katanya.

Untuk mengantisipasi terjadinya plagiasi, Supriadi mengharapkan agar di setiap universitas dibentuk Komisi Etik.

Sementara Rektor UNS, Prof Ravik Karsidi MS, mengatakan UNS bertekad menjadi pusat pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni. Salah satu tujuannya agar UNS mendapatkan reputasi internasional. “Oleh karena itu seluruh komponen diharapkan berprestasi,” katanya.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif