News
Rabu, 13 September 2023 - 19:23 WIB

Kemarau Panjang, Kualitas Tembakau Jateng Tahun Ini Diprediksi Lebih Baik

Adhik Kurniawan  /  Imam Yuda Saputra  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi tanaman tembakau. (Freepik)

Solopos.com, SEMARANG — Produksi tembakau di Jawa Tengah (Jateng) tahun ini diprediksi akan mengalami penurunan. Kendati demikian, kualitas tembakau yang dihasilkan di Jateng tahun ini diperkirakan lebih bagus dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.

Hal tersebut disampaikan Kepala Bidang (Kabid) Perkebunan Dinas Pertanian dan Perkebunan (Distanbun) Jateng, Heru Cahya, melalui Staf Seksi Tanaman Semusim, Agus Syafrudin, Rabu (13/9/2023).

Advertisement

Agus menyebut produksi tanaman tembakau pada tahun 2023 ini memang mengalami penurunan drastis. Meski demikian, dari segi kualitas diklaim mengalami peningkatan dampak dari musim kemarau yang berkepanjangan.

“Kemarau ini membuat kualitas bagus, harga tambah tinggi tahun ini. Kalau secara kuantitas memang menurun, karena banyak petani tembakau yang beralih ke tanaman pangan,” ujarnya.

Agus menilai beralihnya petani dari menanam tembakau ke tanaman pangan seperti jagung maupun cabai karena menganggap tahun ini La Nina atau kemarau basah masih melanda. Mereka tak mau mengalami kerugian seperti tahun sebelumnya.

Advertisement

“Itu [tahun 2022] banyak petani tembakau merugi akibat La Nina. Nah, dampaknya di 2023, banyak petani tembakau yang berkurang,” ungkapnya.

Agus pun mengaku selama tiga tahun terakhir luas panen tembakau di Jateng juga mengalami penyusutan. Jika pada tahun 2021, luas panen tembakau di Jateng mencapai 60.000 hektare, maka di tahun 2022 menjaadi 53.000 hektare.

“Nah tahun ini pasti berkurang lagi,” imbuhnya.

Advertisement

Sementaara itu, Ketua Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI) Jateng, Wisnu Brata, menyebut tahun 2023 ada penurunan luas lahan tembakau mencapai 20.000 hektare. Puluhan ribu hektare lahan yang sebelumnya ditanam tembakau mayoritas beralih fungsi menjadi lahan tanaman cabai.

“Lahan tembakau di Jateng tahun ini ada penurunan. Sebelumnya [2022] sekitar 65.000 hektar, sekarang sekitar 45.000 hektare. Yang 20.000 hektare beralih ke tanaman hortikultura seperti cabai,” ungkap Wisnu.

Wisnu pun berharap semakin berkurangnya produksi tembakau di Jateng itu membuat pemerintah tidak mengeluarkan kebijakan kenaikan harga cukai hasil tembakau atau rokok. Jika cukai rokok kembali dinaikan, maka akan berdampak pada harga jual tembakau petani.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif