News
Selasa, 20 Oktober 2015 - 09:55 WIB

KEBAKARAN LAWU : Begini Sulitnya Evakuasi Pendaki yang Terjebak Kebakaran Lawu

Redaksi Solopos.com  /  Rohmah Ermawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Sejumlah pendaki berkumpul di dekat pintu masuk pos pendakian Cemoro Sewu, Senin (19/10/2015). Mereka didata oleh sukarelawan di posko Cemoro Sewu. (Sri Sumi Handayani/JIBI/Solopos)

Kebakaran Lawu memakan korban jiwa para pendaki yang terjebak api.

Solopos.com, KARANGANYAR – Upaya evakuasi para pendaki yang terjebak kebakaran di Gunung Lawu pada Minggu (18/10/2015) lalu melibatkan berbagai unsur termasuk para sukarelawan.

Advertisement

Salah seorang sukarelawan yang mengaku bernama Eka, 27, menuturkan evakuasi yang dilakukan siang hari tidak banyak menimbulkan masalah, kecuali, asap, api, dan medan. Namun evakuasi semakin berat saat malam hari karena minim penerangan. 

Geni dan asap e ngeri. Watune rapuh do mbledos dewe-dewe [Api dan asapnya mengerikan. Batu rapuh dan meledak]. Musuhnya ya asap, api, dan batu. Yo ngana kae, menyelamatkan orang, angkut jenazah, dan jangan sampai jadi korban sendiri,” jawab dia saat dihubungi  via telepon genggamnya, Senin (19/10/2015).

Advertisement

Geni dan asap e ngeri. Watune rapuh do mbledos dewe-dewe [Api dan asapnya mengerikan. Batu rapuh dan meledak]. Musuhnya ya asap, api, dan batu. Yo ngana kae, menyelamatkan orang, angkut jenazah, dan jangan sampai jadi korban sendiri,” jawab dia saat dihubungi  via telepon genggamnya, Senin (19/10/2015).

Eka yang merupakan sukarelawan Anak Gunung Lawu (AGL) mengaku baru saja turun dari Gunung Lawu pada Senin pukul 18.00 WIB. Ia ikut membantu mengevakuasi tujuh dari sembilan orang pendaki yang terbakar di hutan di Gunung Lawu, Minggu.

Wah aku lali dina. Dina apa ya kae munggahe. Pokoke awan tekan bengi. Aja takon dina ya [Aku lupa hari. Hari apa ya evakuasi, Pokoknya siang sampai malam. Jangan tanya hari ya],” jawab dia. Eka mengaku bertugas kembali pada Selasa (20/10/2015).

Advertisement

Dia menuturkan evakuasi semakin berat saat malam hari karena minim penerangan. Sukarelawan tidak bisa memastikan di mana titik api. Kemungkinan api mengintai dari segala penjuru.

Eka menuturkan membantu mengevakuasi tiga korban luka bakar dan empat jenazah. Prioritas evakuasi adalah tiga korban luka bakar kemudian jenazah.

Upaya menurunkan dua dari enam jenazah terakhir terkendala penerangan dan medan. Rencana, dua jenazah terakhir akan diturunkan pada Minggu malam. Tetapi, urung dilakukan karena api dan asap. Eka bercerita satu jenazah berada di pos 2 dan satu lagi di pos 3. Sukarelawan yang membawa jenazah di pos 3 sempat berhenti sejenak. Mereka memastikan situasi aman.

Advertisement

Sementara itu, sukarelawan yang membawa jenazah terhenti di pos 2. Jenazah terpaksa ditinggal di pos 2, sedangkan sukarelawan turun. Alasannya situasi saat itu tidak kondusif. Api merembet ke pos 2.

“Kami berupaya enggak meninggalkan jenazah. Tetapi, sempat ditinggal di pos 2 karena situasi sedikit bahaya. Setelah kondusif naik lagi mengambil [jenazah]. Sukarelawan dan jenazah yang di pos 3 juga turun. Sampai bawah Senin pagi sekitar jam 09.00 WIB,” jelas dia.

Itulah sekelumit cerita dari salah satu sukarelawan AGL yang membantu mengevakuasi sembilan pendaki yang terbakar di hutan di Gunung Lawu. Tim penyelamat harus berhitung tentang arah angin, kemungkinan kobaran api, dan medan bekas terbakar.

Advertisement

Setelah menyelesaikan evakuasi, mereka masih menyisir pendaki yang belum turun dari Lawu.

“Ini sudah bersih. Turun dari Cemoro Kandang. Saya menyisir lewat Cemoro Sewu, tetapi hanya sampai di bawah pos 2. Api sudah masuk pos 2. Genine medun [Apinya turun]. Tetapi, enggak bisa steril [pendaki]. Jik ana wong ritual [Masih ada orang melakukan ritual]. Yen pendaki sudah steril,” pungkas dia.

 

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif