News
Minggu, 20 September 2015 - 17:30 WIB

KASUS DWELLING TIME : Sebut KA Pelabuhan Tak Efisien, RJ Lino Dinilai Salah Besar

Redaksi Solopos.com  /  Adib Muttaqin Asfar  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Aktivitas di Tanjung Priok (JIBI/Bisnis/Dok)

Kasus dwelling time yang dinilai terlalu lama dan hambatan transportasi ke pelabuhan membuat biaya logistik mahal.

Solopos.com, JAKARTA — Asosiasi Logistik Indonesia (ALI) menilai kereta api (KA) sangat dibutuhkan untuk masuk ke Pelabuhan Tanjung Priok karena dapat mengurangi biaya perjalanan kontainer dari atau menuju pelabuhan.

Advertisement

Ketua ALI Zaldy Ilham Masita mengatakan akibat kemacetan yang sangat parah untuk masuk dan keluar pelabuhan, biaya transportasi menjadi tinggi. Hal itu membantah pernyataan Dirut Pelindo II, RJ Lino, yang menyebut kereta api tidak efisien. Baca: Rizal Ramli Tuding Pelindo Sengaja Tutup Jalur KA di Tanjung Priok.

Dia menjelaskan bahwa truk dari Cikarang menuju Tanjung Priok hanya mampu melakukan 1,4 trip/perjalanan dalam sehari. Padahal empat tahun sampai lima tahun lalu, truk dapat melakukan empat kali perjalaan dari Cikarang ke Priok. Hal itu menyebabkan biaya transportasi mencapai Rp35.000/km dibandingkan Rp20.000/km pada kondisi normal dengan jarak yang sama.

Advertisement

Dia menjelaskan bahwa truk dari Cikarang menuju Tanjung Priok hanya mampu melakukan 1,4 trip/perjalanan dalam sehari. Padahal empat tahun sampai lima tahun lalu, truk dapat melakukan empat kali perjalaan dari Cikarang ke Priok. Hal itu menyebabkan biaya transportasi mencapai Rp35.000/km dibandingkan Rp20.000/km pada kondisi normal dengan jarak yang sama.

“Jadi pernyataan dari RJ Lino [Direktur Utama PT Pelabuhan Indonesia II] kalau kereta api ke pelabuhan tidak efisien adalah salah besar. Tanjung Priok sudah menjadi biang kemacetan Jakarta ,” ucapnya, Minggu (20/9).

Dia menyebutkan bahwa 85% truk yang masuk ke Pelabuhan Tanjung Priok berasal dari kota-kota di luar Ibu Kota yang menyebabkan jaringan jalan di Jakarta menjadi lumpuh. Menurutnya, beroperasinya kereta api dari Cikarang ke Priok dapat menghemat biaya transportasi sebesar 25%-30% atau sekitar Rp25.000/km dibandingkan dengan truk.

Advertisement

“Kereta api adalah solusi jangka pendek untuk mengurangi kemacetan di Jakarta tanpa menambah biaya investasi yang besar karena relnya sudah ada, tinggal pakai saja. Solusi jangka panjangnya, pelabuhan internasional sudah tidak boleh berada di dalam wilayah DKI lagi,” jelasnya.

Sesaknya jalan di Ibu Kota untuk perjalanan kontainer menuju pelabuhan, papar Zaldy, perlu adanya pelabuhan lain yang mampu melayani kontainer. Seperti diketahui, saat ini terdapat pelabuhan pendukung di sekitar Priok seperti di Marunda Center Terminal yang melayani kargo curah baik domestik maupun ekspor impor.

“Perlu banyak [pelabuhan], tapi perlu yang pelabuhan umum yang juga kontainer. Kalau curah kan sudah ada beberapa seperti di Cilegon juga ada. Bagusnya kalau Marunda Center bisa handle kontainer juga sehingga bersaing dengan Priok,” ujarnya.

Advertisement

Sebelumnya, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Truk Indonesia (Aptrindo) Gemilang Tarigan menuturkan bahwa kemacetan yang terjadi menuju dan keluar pelabuhan telah menurunkan produktivitas angkutan truk. Pada kondisi ramai, jelasnya, truk yang datang dari Pelabuhan Tanjung Priok yang melintasi Jalan Tol Lingkar Luar Jakarta di Cikunir harus menghabiskan waktu lebih dari dua jam.

Lebih lanjut, dia menerangkan bahwa untuk menempuh jarak 50 km dari Priok membutuhkan waktu 20 jam sehingga produktivitas angkutan barang anjlok lebih dari 50%. “Penurunan daripada waktu untuk jarak 50 km dari Priok pada 5 tahun-10 tahun lalu truk kalau mau mutar barang impor nganter sampai balik lagi ke garasi itu kira-kira 8 jam,” jelasnya.

Menurutnya, pemerintah perlu memecah konsentrasi destinasi barang yang saat ini bertumpu pada satu titik yaitu Pelabuhan Tanjung Priok. Importir dan eksportir akan lebih memilih lokasi yang memberikan kepastian waktu sehingga perjalanan arus logistik tidak terhambat, terutama di angkutan barang.

Advertisement

“Karena kalau yang sangat dikhawatirkan oleh eksportir dan importir itu adalah ketidakpastian, bisa ketinggalan kapal, terlambat mengambil barang untuk produksi kalau impor,” ucapnya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif