News
Minggu, 2 Oktober 2011 - 16:51 WIB

Kapolda nilai kesadaran keamanan swakarsa mulai luntur

Redaksi Solopos.com  /  R. Bambang Aris Sasangka  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - TAK TERPENGARUH -- Para jemaat mengikuti peribadatan di GBIS Kepunton Solo, Minggu (2/10/2011). Ini adalah kebaktian pertama pada hari Minggu sepekan setelah terjadinya aksi serangan bom bunuh diri di gereja tersebut. (JIBI/SOLOPOS/ Burhan Aris Nugraha)

Solo (Solopos.com) – Kapolda Jawa Tengah, Inspektur Jenderal Didiek Sutomo Triwidodo meminta masyarakat agar kembali menggiatkan sistem keamanan swakarsa. Menurutnya, keamanan yang berbasis masyarakat tersebut saat ini mulai luntur di tengah kian meningkatnya ancaman keamanan di masyarakat.

TAK TERPENGARUH -- Para jemaat mengikuti peribadatan di GBIS Kepunton Solo, Minggu (2/10/2011). Ini adalah kebaktian pertama pada hari Minggu sepekan setelah terjadinya aksi serangan bom bunuh diri di gereja tersebut. (JIBI/SOLOPOS/ Burhan Aris Nugraha)

Advertisement
“Masyarakat kita dulu mengenal aturan, tamu tinggal lebih 1 x 24 jam harap lapor kepada RT/ RW setempat. Nah, sistem keamanan seperti ini sudah jarang kita jumpai lagi sekarang,” kata Didiek kepada wartawan di sela-sela acaranya memantau keamanan di Gereja Bethel Injil Sepenuh (GBIH) Kepunton, Jebres, Solo, Minggu (2/10/2011).

Keamanan swakarsa, terang Didiek, adalah sistem pengamanan lingkungan yang paling efektif dalam mencegah terjadinya kekacauan sejak dini. Meski demikian, karena budaya masyarakat Indonesia yang ramah dan terbuka kepada setiap orang, hal itu tak jarang justru menjadi celah bagi orang tertentu untuk mengacaukan keamanan dan ketertiban masyarakat (Kantibmas). “Sikap welcome itu tetap harus dijaga karena itu merupakan budaya luhur bangsa kita. Namun, sikap kewaspadaan juga harus ditingkatkan,” paparnya yang didampingi Kapolres Solo Kombes Pol Listyo Sigit.

Didiek mengakui bahwa aparat kepolisian tak bisa berbuat apa-apa tanpa peran serta masyarakat. Sehingga, pihaknya mengimbau agar masyarakat menghidupkan kembali sistem keamanan swakarsa. “Masyarakat dan Polri adalah satu kesatuan yang harus bersama-sama menjaga setiap tindakan yang mengacaukan keamanan,” tegasnya.

Advertisement

Di sisi lain, pihaknya meminta agar setiap tempat ibadah serta sarana umum lainnya dilengkapi dengan sarana keamanan, seperti CCTV serta metal detector. Keamanan tersebut, imbuhnya, bukan dalam rangka menciptakan suasana ketakutan yang berlebihan di tengah masyarakat, melainkan dalam rangka meningkatkan kewaspadaan.

Dari pantauannya atas puluhan gereja di Solo, Didiek menjamin bahwa Solo aman dari segala ancaman teror bom. Pihaknya juga menegaskan bahwa masyarakat tak perlu menunda atau membatalkan setiap acara, resepsi, serta kunjungan ke Solo. “Masyarakat yang ingin punya hajatan, acara, atau melakukan kunjungan kami minta tetap jalankan dengan rasa aman. Kami menjamin Solo aman,” tegasnya.

Sementara itu, aktivitas kebaktian di GBIS Kepunton Jebres berlangsung khidmat. Ribuan jemaah memadati setiap kursi di dalam GBIH. Pendeta GBIH, Jonathan JAP Setyawan menilai jumlah jemaah sama sekali tak berkurang pascaledakan bom bunuh diri sepekan lalu itu. Bahkan, sejumlah jemaah dari Jogja dan Bali juga sempat datang untuk mengikuti kebhaktian di GBIH. “Saya menilai, jemaah tak berkurang. Bom sepekan lalu memang sempat membuat trauma sebagian jemaah, namun sama sekali tak berpengaruh atas aktivitas jemaah,” jelasnya seusai memimpin kebhaktian.

Advertisement

Dalam ceramahnya, Jonathan menyampaikan bahwa bom bunuh diri itu sama sekali tak ada hubungannya dengan isu agama. Sehingga, kepada 2.500-an jemaahnya itu, dia meminta agar jemaah tetap menjaga kerukunan beragama. “Tak hanya di gereja-gereja. Namun, di radio-radio dan media kami selalu menyatakan bahwa tragedy bom itu murni kejahatan yang dilakukan segelintir kecil orang tak bertanggungjawab,” tegasnya.

asa

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif