SOLOPOS.COM - Ilustrasi Jokowi-Prabowo (Dok/JIBI/Solopos/Antara)
Solopos.com, SOLO – Praktisi hukum, Todung Mulya Lubis prihatin dengan kondisi masyarakat jelang Pilpres 2014 ini. Pengacara lulusan Harvard Law School, Amerika Serikat (AS) ini mengatakan Pilpres kali ini menjurus pada permusuhan.
“Pilpres kali ini bukan saja seru tetapi membelah rakyat, divisive and polarizing. Belum pernah pilpres membelah rakyat,” katanya dalam akun twitter@TodungLubis, Kamis (29/5/2014).
Todung menyoroti pernyataan pihak-pihak yang mengeluarkan pernyataan yang memecah belah persatuan. Pengacara pasangan capres nomor urut 2, Jokowi-JK ini bahkan menyindir pernyataan Amien Rais terkait perang badar.
“Pilpres bkn perang Badar. Adlh tak bertanggungjawab menumpuk emosi yg bisa meledak. Pilpres ini adlh sarana utk mendapatkan pilihan rakyat,” ungkapnya.
“Ironis, lawan politik diposisikan sebagai musuh politik. Perlawanan dan perbedaan dipersepsikan sebagai permusuhan,” katanya.
Pernyataan Todung ini bukan tanpa alasan. Pilpres 2014 ini memang dihiasi dengan isu sara yang cenderung mengarah pada provokasi. Pertarungan di jejaring sosial seperti twitter, facebook ataupun kaskus juga terlihat semakin panas.
Bahkan tak jarang kampanye hitam mendera kedua pasangan capres ini. Jokowi paling sering mendapati kampanye hitam seputar suku agama ras dan antar-etnis (SARA). Sementara Prabowo diserang melalui masa lalunya yang dikait-kaitkan dengan sejarah kelam orde baru.
Makin memanas lagi setelah Amien Rais mengeluarkan pernyataan yang menganalogikan Pilpres seperti perang badar.
“Dahulukan perjuangan ketimbang bagi-bagi harta rampasan perang,” katanya di Masjid Al-Azhar, Selasa (27/5/2014). “Jangan (mental dalam) Perang Uhud, wani pira atau bagaimana nanti rampasan perangnya.”