News
Kamis, 9 Oktober 2014 - 13:20 WIB

Jerami Basah Bikin Ratusan Sapi Sakit Cacing Hati

Redaksi Solopos.com  /  Mediani Dyah Natalia  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi (JIBI/SOLOPOS/Grafis/Galih Ertanto)

Harianjogja.com, SLEMAN-Sebanyak 505 hewan kurban di Sleman terserang penyakit cacing hati. Kepala Dinas Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan (DPPK) Kabupaten Sleman, Widi Sutikno mengungkapkan kesalahan pemberian pakan menjadi salah satu penyebab berkembangnya cacing hati pada hewan kurban.

“Berdasarkan pantauan di lapangan pada 4-6 Oktober 2014, cacing hati ditemukan pada 494 sapi, delapan kambing, dan tiga domba. Paling banyak ditemukan di Berbah, yaitu 63 sapi dan dua kambing,” ungkap Widi, ditemui di ruang kerjanya, Rabu (8/10/2014) siang.

Advertisement

Meski kasus terbanyak berada di Berbah, perhatian DPPK Sleman terkait penyebab berkembangnya cacing hati justru pada
Kecamatan Moyudan dan Minggir.

“Pemberian pakan yang kurang tepat menjadi pemicu masuknya larva cacing ke tubuh hewan kurban,” ujar Widi.

Advertisement

“Pemberian pakan yang kurang tepat menjadi pemicu masuknya larva cacing ke tubuh hewan kurban,” ujar Widi.

Widi memaparkan kebanyakan hewan kurban yang terserang cacing hati di Moyudan dan Minggir diberi pakan jerami basah.

“Bagian bawahnya yang basah itu sumbernya cacing. Larvanya menempel di sana. Seharusnya dijemur dulu sampai kering, baru diberikan kepada hewan kurban,” katanya.

Advertisement

“Kami maklum karena mungkin masyarakat terburu-buru. Namun, sebaiknya pakan tetap diperhatikan demi kebaikan bersama,” ucapnya.

Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pelayanan Kesehatan Hewan DPPK Sleman, Harjanto mengungkapkan, penyakit cacing hati sulit dideteksi.

“Jika masih infeksi awal, kita tidak bisa melihatnya dari kondisi fisik hewan. Kalau sudah 50 persen, baru kelihatan,” kata Harjanto.

Advertisement

Deteksi penyakit cacing hati, lanjut drh.Harjanto, paling akurat dilakukan melalui uji laboratorium.

“Misalnya sapi sudah dibeli tiga bulan sebelumnya. Kita tes fesesnya lalu diidentifikasi hasilnya. Kalau ternyata positif, akan segera kita obati,” katanya menjelaskan.

Sementara itu, dibandingkan tahun lalu, Widi mengaku terjadi penurunan jumlah kasus. Namun, ketika dimintai rincian datanya, Widi tidak bisa menunjukkan karena staf yang mendokumentasikan data tersebut sedang tidak di tempat.

Advertisement

“Penurunannya kecil sekali, tidak signifikan. Hanya sekitar satu persen,” ucap Widi.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif