Jakarta– Siapa Kapolri baru? Itu adalah teka-teki yang dimunculkan pemerintah beberapa waktu lalu. Kini teka-teki lainnya belum juga terjawab: Siapa Jaksa Agung yang baru?
“Pemerintah ini jangan biasa berteka-teki lah. Kok suka sekali buat teka-teki untuk mengangkat pejabat,” kata anggota Komisi III DPR, Martin Hutabarat.
Hal itu disampaikan dia dalam diskusi di Warung Daun, Jl Cikiki Raya, Jakarta, Sabtu (13/11/2010).
Sosok dari dalam atau luar, lanjut dia, sebenarnya tidak terlalu menjadi persoalan. Yang penting berintegritas dan mampu memimpin institusi yang besar.
Sosok dari dalam atau luar, lanjut dia, sebenarnya tidak terlalu menjadi persoalan. Yang penting berintegritas dan mampu memimpin institusi yang besar.
“Dari dalam banyak yang baik, kalau dari luar ya yang seperti Pak Mahfud (Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud MD),” sambung Martin.
Pengamat hukum pidana Unhas Prof Achmad Ali menuturkan, jangan sampai pelaksanaan penegakan hukum seperti jaring laba-laba. Serangga kecil mudah terjaring tapi kalau berhadapan dengan serangga besar akan rusak.
Dia mengatakan tidak setuju jika Jaksa Agung dari unsur politisi. Dia khawatir pergerakan Jaksa Agung jadi tersandera partai.
“Perlu Jaksa Agung yang profesional, yang menjunjung profesionalisme tinggi,” kata Achmad.
Sementara itu Ketua Komnas HAM Ifdhal Kasim menyatakan, banyak orang yang berani. Sayangnya sistem memfasilitasi sehingga sosok yang berani itu mudah disuap.
“Sulit karakter seolah Superman dalam sistem yang koruptif. Sosok dan sistem harus sama-sama bagus,” kata dia.
Seorang Jaksa Agung, menurut Ifdhal harus benar-benar memahami filosofi Kejaksaan. “Jaksa itu pelindung masyarakat dari serigala yang berkeliaran. Jaksa Agung perlu punya kredibilitas tinggi dan keberanian kuat,” ucap Ifdhal.
SBY telah menandatangani Keppres pemberhentian Hendarman Supandji sebagai Jaksa Agung. Terhitung sejak Jumat 24 September 2010.
Jabatan Hendarman digantikan sementara oleh Wakil Jaksa Agung Darmono.
dtc/tya