News
Selasa, 18 September 2012 - 23:14 WIB

INVESTASI SOLO: Kasus King Plaza Jangan Terulang

Redaksi Solopos.com  /  Rini Yustiningsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Solo Paragon (Foto: Dokumentasi)

Solo Paragon (Foto: Dokumentasi)

SOLO—Maraknya investasi besar yang masuk ke Kota Solo belakangan ini harus diikuti dengan kesiapan sektor ketenagakerjaan.

Advertisement

Hal ini ditegaskan Sekretaris Daerah (Sekda) Solo, Budi Suharto agar kasus King Plaza beberapa tahun lalu tidak terulang lagi.  Saat itu, kata dia, warga sekitar King Plaza menuntut sekian banyak warganya harus bisa diterima kerja di King Plaza tersebut. “

Ini kan menjadi kurang rasional atau kurang objektif. Padahal, untuk bisa masuk ke dalam proses investasi itu harus diikuti dengan kesiapan tenaga kerja,” kata Budi, kepada wartawan di sela-sela Pembukaan Job Market Fair 2012 (JMF 2012), yang diselenggarakan di Grha Wisata Niaga, Selasa (18/9/2012).

Dia menegaskan, investasi atau perusahaan yang masuk ke Kota Solo tentunya punya target dan tuntutan produktivitas. Mereka juga punya standar khusus bagi pekerjanya. “Jangan sampai terbius dengan ‘pokoke warga sebelah kudu entuk gawean’. Kalau seperti ini terus, perusahaan tidak akan produktif dan ujung-ujungnya tidak punya daya saing.”

Advertisement

Dari kondisi ini, Budi pun menegaskan bahwa pemerintah siap memfasilitasi akses bagi para pencari kerja, asal di sektor hulu juga dipersiapkan secara matang. “Sektor hulu maksudnya adalah kesiapan pencari kerja itu sendiri. Seperti indeks prestasi (IP) atau penguasaan bahasa asing yang bagus.” Syarat-syarat ini yang saat ini mutlak diperlukan dan dicari user [perusahaan pencari kerja].

Maka, para pencari kerja pun harus meningkatkan kapasitas karena setiap tahun standar pekerja yang diperlukan perusahaan pasti naik.

Tidak hanya dari sisi pencari kerja. Budi juga menegaskan bahwa proses akses pencari kerja ini harus dengan metode yang lebih modern. Dia berharap, ke depan agenda job market fair semacam ini tidak lagi diselenggarakan.

Advertisement

Akses informasi terhadap lowongan pekerjaan diharapkan sudah bisa dilakukan dengan sistem elektronik memanfaatkan kecanggihan IT, dan pemerintah siap memaksimalkan fungsi electronic government.

“Kalau akses lowongan terus dilakukan secara manual seperti ini Solo akan ketinggalan. Padahal, saya dengar angka pengangguran di Solo saat ini mencapai 22.000 orang.”

Kepala Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Dinsosnakertrans) Kota Solo, Singgih Yudoko menyebutkan di kantor Dinsosnakertrans juga punya fasilitas bursa kerja online (BKO) yang biasa diakses sekitar 10 orang hingga 15 orang per harinya. Dia mengatakan, job market fair yang diselenggarakan kali ini adalah upaya mempertemukan langsung antara pencari kerja dengan user.  JMF 2012 total membuka 3.686 lowongan, dari 40 perusahaan umum dan 30 perusahaan yang membuka job disability.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif