News
Kamis, 27 Maret 2014 - 23:14 WIB

Insiden Bupati Sragen dengan Polisi, Pimpinan Parpol Sebut Preseden Buruk

Redaksi Solopos.com  /  Rini Yustiningsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ketua DPD Partai Golkar Sragen, Agus Fatchur Rahman (naik sepeda motor) marah-marah kepada polisi saat insiden keributan dengan polisi di Jl. Sukowati depan Setda Sragen, Rabu (26/3/2014). (Kurniawan/JIBI/Solopos)

Solopos.com, SRAGEN–Pimpinan partai politik (parpol) di Bumi Sukowati menyayangkan insiden keributan antara rombongan kader DPD Partai Golongan Karya (Golkar) dengan polisi di Jl. Sukowati, Rabu (26/3/2014) lalu.

Mereka menilai insiden yang melibatkan Ketua DPD Partai Golkar Sragen, Agus Fatchur Rahman tersebut sebagai preseden buruk bagi Bumi Sukowati. Pendapat tersebut disampaikan pimpinan sejumlah parpol saat jumpa pers di salah satu rumah makan di Nglorog, Sragen, Kamis (27/3).

Advertisement

Pimpinan parpol yang hadir saat itu adalah Ketua DPC Partai Gerindra Sragen, Daryanto; Wakil Ketua DPC PDIP Sragen, Suharjo; Ketua DPC PPP Sragen, Rus Utaryono dan Ketua DPC PKB Sragen, Mukafi Fadli. Mereka mengklaim mendapat dukungan pimpinan DPC Partai Hanura dan DPC Partai Hanura.

Ketua DPC Partai Gerindra Sragen, Daryanto mengaku prihatin dengan insiden keributan antara rombongan yang dipimpin Agus Fatchur Rahman dengan sejumlah polisi. Sebab, dia melanjutkan, insiden tersebut sampai membuat macet lalu lintas di depan Setda Sragen.

Advertisement

Ketua DPC Partai Gerindra Sragen, Daryanto mengaku prihatin dengan insiden keributan antara rombongan yang dipimpin Agus Fatchur Rahman dengan sejumlah polisi. Sebab, dia melanjutkan, insiden tersebut sampai membuat macet lalu lintas di depan Setda Sragen.

Apalagi, Daryanto mengatakan, keributan tersebut dipicu pelanggaran lalu lintas yang dilakukan rombongan Agus yang juga Bupati Sragen. “Kami [pimpinan parpol] memberi perhatian besar terhadap insiden tersebut. Sebab insiden itu bisa merugikan proses Pemilu dan masyarakat,” kata dia.

Daryanto menyerukan pimpinan parpol peserta Pemilu 2014 di Sragen supaya menjaga kondusivitas dengan bersikap santun dan menaati aturan. Sehingga, dia melanjutkan, masyarakat Sragen bisa memetik edukasi politik dari kegiatan kampanyeyang dilakukan parpol.

Advertisement

Menurut dia sikap Agus dapat merusak nilai-nilai demokrasi. Parahnya, Rus menuturkan, insiden keributan terjadi hanya karena polisi ingin menertibkan rombongan Agus. Saat itu rombongan yang dipimpin Agus memenuhi badan jalan sehingga mengganggu lalin.

“Pak Agus tidak memberi contoh baik kepatuhan kepada hukum dengan tidak memakai helm saat memimpin konvoi dan malah menutup jalan. Insiden ini menjadi warning bagi seluruh parpol bahwa parpol akan melakukan segala cara untuk menangkan Pemilu,” urainya.

Rus juga menyoroti orasi yang dilakukan Agus Fatchur Rahman di Jl. Sukowati depan Setda Sukoharjo saat insiden terjadi. Menurut dia hal itu sebagai pelanggaran Pemilu. Sebab, dia menjelaskan, area tersebut tidak boleh digunakan untuk aktivitas politik bentuk apa pun.

Advertisement

“Seperempat jam bukan waktu yang singkat. Dia [Agus Fatchur Rahman] tidak memberi contoh perilaku politik yang baik. Dia melakukan tindakan-tindakan awal anarkisme polittik. Sayang sejauh ini Panwaslu tidak melakukan tindakan apa pun terhadap hal ini,” sesal dia.

Di sisi lain, atas pelanggaran lalin yang dilakukan Agus Fatchur Rahman, Rus mendatangi Mapolres Sragen, Kamis sore. Kedatangan dia untuk mempertanyakan tindak lanjut atas perilaku Agus yang tidak mengenakan helm saat memimpin rombongan konvoi kendaraan.

“Bila ternyata Pak Agus tidak ditilang berarti polisi bersikap diskriminatif. Kami mendesak polisi memberi tilang Pak Agus seperti hal nya saat memberi tilang kepada pelanggar lainnya. Kami juga menyayangkan sikap Kapolres yang justru meminta maaf,” tandas dia.

Advertisement

Sedangkan Ketua DPC PKB Sragen, Mukafi Fadli, menyayangkan permintaan maaf polisi kepada Agus Fatchur Rahman atas insiden Rabu lalu. Padahal saat itu polisi sedang bertugas menegakkan aturan, utamanya penertiban terhadap berbagai pelanggaran lalu lintas.

“Sepanjang polisi bertindak sesuai tugas, tidak perlu minta maaf. Saya khawatir polisi membedakan perlakuan antara partai penguasa dengan parpol lain,” ujar dia.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif