Solopos.com, MEDAN — Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK) mencatat ada dua penghuni kerangkeng di rumah pribadi Bupati Langkat nonaktif, Terbit Rencana Peranginangin yang tewas akibat penganiayaan.
Menurut Wakil Ketua LPSK Edwin Partogi Pasaribu, jumlah itu bisa saja bertambah jika pihak keluarga korban bersikap kooperatif menyampaikan pengakuannya.
Kini beberapa eks penghuni yang selamat dan diduga juga mengalami penganiyaan saat berada di kerangkeng mulai buka suara.
“Jumlah yang tewas bisa saja lebih dari itu (tiga orang) bila keluarga korbannya kooperatif. Beberapa korban mulai buka suara tentang penganiayaan yang mereka alami dan tentang siapa pelakunya,” kata Edwin seperti dikutip Solopos.com dari Bisnis, Selasa (8/2/2022).
“Jumlah yang tewas bisa saja lebih dari itu (tiga orang) bila keluarga korbannya kooperatif. Beberapa korban mulai buka suara tentang penganiayaan yang mereka alami dan tentang siapa pelakunya,” kata Edwin seperti dikutip Solopos.com dari Bisnis, Selasa (8/2/2022).
Baca Juga: Plt Bupati Langkat Buka Suara Soal Kerangkeng Manusia di Rumah Cana
Edwin mengatakan, LPSK juga akan segera menelusuri informasi keberadaan makam atau kuburan para penghuni kerangkeng yang tewas akibat disiksa. “Kami akan dalami dalam waktu dekat,” kata Edwin.
Selain itu, polisi juga mengklaim sudah mengetahui titik-titik lokasi makam atau kuburan eks penghuni kerangkeng yang meninggal dunia tersebut. “Ya betul. Semuanya masih kami dalami,” kata Kabid Humas Polda Sumatra Utara Kombes Hadi Wahyudi kepada Bisnis.
Sejauh ini, kata Hadi, kepolisian sudah menginterogasi lebih dari 30 orang saksi. Akan tetapi, Hadi enggan menjelaskan lebih detail mengenai identitas korban yang meninggal dunia beserta lokasi kuburannya.
“Lebih dari 30 orang yang kami interogasi. Sedang kami dalami semuanya,” kata Hadi.
Baca Juga: 7 Keganjilan Kerangkeng Manusia di Rumah Bupati Langkat, Ini Kata LPSK
Berdasar penelusuran aparat, terdapat sejumlah alat yang diduga dipakai untuk menyiksa penghuni kerangkeng. Satu di antaranya adalah selang air. Alat ini diduga dipakai untuk mencambuk mereka.
Selain korban jiwa meninggal dunia, diduga juga terdapat penghuni kerangkeng yang mengalami cacat akibat disiksa.
Terpisah, Komisioner Komnas HAM Chairul Anam merasa aneh lantaran ditanya mengenai temuan kepolisian tentang lokasi kuburan eks penghuni kerangkeng yang meninggal dunia.
Anam juga tidak memberi respons saat ditanya apakah Komnas HAM turut mengetahui lokasi makam tersebut. Padahal, Anam sempat melontar pernyataan ke awak media tentang adanya kemungkinan penghuni tewas lebih dari tiga orang. “Tanyalah ke polisi,” katanya.
Baca Juga: Terkini, Kata Warga Soal Kerangkeng Manusia di Rumah Bupati Langkat
Sebelumnya, Bupati Langkat nonaktif Terbit Rencana Peranginangin alias Cana membantah bahwa kerangkeng manusia di rumah pribadinya merupakan panti rehabilitasi narkoba.
Kerangkeng itu, kata dia, merupakan tempat pembinaan. Karena bukan panti rehabilitasi, Cana pun merasa tidak perlu mengurus perizinan ke otoritas terkait.
Akan tetapi, Cana mengungkap aparat sebenarnya sudah mengetahui keberadaan kerangkeng itu. Sebab, “tempat pembinaan” tersebut sudah dibangunnya jauh sebelum menjabat Bupati Langkat. Tempat itu, lanjutnya, tidak pernah dirahasiakan dan sudah diketahui banyak orang.
“Kalau izin, itu bukan tempat rehab. Itu pembinaan. Awalnya untuk pembinaan organisasi saya sebagai tokoh Pemuda Pancasila supaya bisa menghilangkan pecandu narkoba,” katanya seusai diperiksa Komnas HAM di Gedung KPK, Jakarta, Senin (7/2/2022).