News
Kamis, 25 Oktober 2012 - 22:38 WIB

Inilah Pidato Tanpa Teks Jokowi Buat Para Camat-Lurah DKI Jakarta

Redaksi Solopos.com  /  Rini Yustiningsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Dokumentasi

Dokumentasi

JAKARTA—Walikota, bupati, 44 camat dan 267 lurah se-Jakarta, Kamis (25/10/2012), dikumpulkan oleh Gubernur DKI Jakarta Jokowi untuk kali pertamanya, di Balai Agung Balai Kota, Jakarta Pusat. Dalam kesempatan itu Jokowi, memberikan nasehat tentang pelayanan kepada masyarakat,

Advertisement

Dengan mengenakan batik cokelat lengan panjang, Jokowi memberikan pidato tanpa teks. Dalam pidatonya Jokowi lebih banyak meminta para birokrat itu mengubah pola pelayanan kepada masyarakat. Intinya, memberikan pelayanan memuaskan kepada masyarakat.

Berikut pidato tanpa teks Jokowi tersebut:

Advertisement

Berikut pidato tanpa teks Jokowi tersebut:

Saya minta tersenyum semuanya. Jangan tegang. Saya lihat tegang semuanya. Saya tidak akan marah hari ini. Camat dan Lurah adalah partner saya. Rekan kerja saya yang berada di front paling depan yang berhubungan dengan masyarakat. Sehingga saya minta semuanya nanti mempunyai visi, budaya kerja, dan budaya pelayanan yang sama.

Saya tidak ingin bicara banyak. Yang kemarin (sidak-red) saya nggak ada urus. Sudahlah. Tapi ke depan, saya pengin semuanya punya visi yang sama. Jadi jangan takut yang kemarin saya kunjungi jadi nggak nyenyak tidur. Tidurlah yang nyenyak, nggak ada. (Hadirin tertawa kecil-red).

Advertisement

Kemudian ada tempat pelayanan yang campur-campur. Mulailah dibersihkan sehingga menjadi tempat yang nyaman. Kalau ada anggaran tahun sekarang, kita bangun sekarang. Tapi kalau belum, mulailah didesain supaya nanti menjadi tempat yang nyaman.

Saya kemarin nyoba mau buat KTP, saya nunggunya di mana? Hanya ada satu kursi, dua kursi. Kalau ada yang lain, antrenya di mana, apa harus duduk di lantai? Kita ini melayani masyarakat. Mereka itu ibaratnya konsumen. Harus dilayani seperti raja.

Ke depan, tata ruang di kelurahan, kecamatan, walikota, semua wilayah, bupati, semuanya tempat pelayanan itu kayak bank, terbuka. Tempat duduknya yang dilayani justru harus enak. Tolong Pak Lurah, Bu Lurah, Pak Camat dan Bu Camat, beritahu mereka, kalau masyarakat datang, beri ucapan selamat pagi. Kalau siang, selamat siang. Ini melayani.

Advertisement

Jangan yang ada di front depan, sudah tehnya nggak enak, nggak ngucapin salam, merengut. Makanya pasang yang cantik di depan. Ini tempat pelayanan, budaya itu harus diubah. Saya yakin SDM di DKI ini luar biasa bagus. Luar biasa bagus.

Kita punya recource SDM yang baik. Kita cuma ingin mengubah dari pola lama ke pola yang baru. Dan saya yakin semuanya sanggup untuk itu. Gimana sanggup nggak? (hadirin menjawab sangguup!-red). Saya tunggu tanggal mainnya.

Untuk tempat ngantre buatkan sofa yang bagus. Niru bank-lah. Ada gambar tata ruang yang sama, di seluruh kelurahan dan kecamatan sehingga kelihatan bahwa kita sedang berubah sistem pelayanan. Kalau perlu yang di depan pakai pakaian khusus, jas dasi. Kalau perlu beli air conditioner. Orang nunggu 1 jam juga enak. Ini yang harus kita ubah.

Advertisement

Pada hari ini saya ingin menyampaikan ini saja. Saya kira semuanya sudah paham apa yang diinginkan. Jadi jangan kira saya datang ke kelurahan, kecamatan, walikota, hanya hari itu saja. Tidak. Setiap hari saya akan datang ke tempat pelayanan. Baik puskesmas, kelurahan, kecamatan, dan jangan kaget saya bisa datang pagi. Datang sore juga. Jam berapa habis kerja? (Ada yang menjawab jam empat!-red). Jam empat di sana pas akhir.

Saya datang juga tidak mau marah-marah. Hanya dolan saja, main saja. Paling kalau ada yang tidak beres, saya catat. Tapi yang kemarin saya tidak catat. Nggak akan saya tulis apa-apa. Ke depan, mesti saya bawa catatan. Itu rapor. Rapor itu perlu.

Saya dolan ke Pak Lurah, Bu Lurah, senang nggak? (Hadirin menjawab: Senaaang-red)
Saya dolan aja kok.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif