News
Selasa, 4 Juni 2013 - 19:39 WIB

Industri Mebel Jepara Krisis Pengrajin

Redaksi Solopos.com  /  Rahmat Wibisono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Dua pengrajin kayu membuat mebel khas Jepara di Medan, Sumatra Utara, Sabtu (2/6/2013). Belakangan ini, banyak pengrajin kayu asal Jepara yang merantau keluar daerah sehinngga kampung halaman mereka krisis pengrajin. (JIBI/Bisnis/Andi Rambe)

Dua pengrajin kayu membuat mebel khas Jepara di Medan, Sumatra Utara, Sabtu (2/6/2013). Belakangan ini, banyak pengrajin kayu asal Jepara yang merantau keluar daerah sehinngga kampung halaman mereka krisis pengrajin. (JIBI/Bisnis/Andi Rambe)

JEPARA—Para pelaku usaha industri produk hasil kayu di Jepara mengaku mengalami krisis pengrajin akibat tak seimbangnya jumlah warga terampil dan peningkatan pesanan, dua bulan terakhir.

Advertisement

Kenyataan itu, Senin (3/6/2013), diungkapkan Manajer Produksi CV Mahogany Crafter Jepara Anita Indriani, Menurutnya, dua bulan terakhir, ia sempat menolak sejumlah pembeli dari luar negeri lantaran kapasitas produksi belum mencukupi.

Hal ini disebabkan kurangnya pengrajin yang bekerja pada perusahaannya. “Ini bukan hanya terjadi pada kami saja, rata-rata industri indoor furniture di sini menggunakan pengrajin, kerja sama dengan pengrajin. Tapi kami akui sekarang ini kami kekurangan pengrajin,” kata Anita.

Menurutnya, dalam dua bulan terakhir ini, industri prodak hasil kayu Jepara kembali ramai pembeli. Dia menduga peningkatan jumlah pembeli itu merupakan salah satu akibat adanya aturan Sistem Verifikasi Legalitas Kayu (SVLK). “Kami saja ada tambahan tiga pembeli dari luar negeri.”

Advertisement

Kebanyakan pengrajin kayu Jepara, belakangan ini banyak yang pindah keluar Pulau Jawa lantaran diiming-imingi upah yang lebih besar. Dia Itu sebabnya Anita berharap pata pengrajin asli Jepara kembali ke Jepara untuk bekerja meningkatkan industri produk kayu di kampung halaman mereka.

Upah pengrajin di Jepara kini sekitar Rp50.000/hari, sedangkan upah pengrajin di luar Pulau Jawa mencapai Rp100.000/hari. “Tapi mereka lupa untuk memperhitungkan biaya hidup. Saya berharap, para pekerja kembali ketika mau Lebaran,”tambahnya.

Advertisement
Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif