News
Selasa, 6 September 2016 - 12:00 WIB

INDUSTRI KREATIF SOLO : Peluang Bisnis Digitalpreneur Terbuka Lebar

Redaksi Solopos.com  /  Anik Sulistyawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Belasan pemuda mengikuti Gathering Android Developer Solo di antai II Gelanggang Pemuda Bung Karno Manahan, Senin (5/9) malam. Para android developer ini berbincang seputar peluang industri kreatif di bidang digital content dengan dipandu oleh mobile developer, Helmi Baraja. (Shoqib Angriawan/JIBI/Solopos)

Industri kreatif Solo khususnya di bidang digitalpreneur masih terbuka lebar.

Solopos.com, SOLO – Perkembangan teknologi yang semakin masif melahirkan peluang bisnis baru di era digital. Bisnis yang sebagian besar dimotori oleh anak muda ini disebut dengan digitalpreneur.

Advertisement

Belasan pemuda berkumpul di lantai II Gelanggang Pemuda Bung Karno Manahan, Senin (5/9/2016) malam. Mereka duduk santai mengelilingi meja berbentuk persegi panjang. Para android developer ini tampak asyik membicarakan industri kreatif di bidang digital content.

Peluang menjadi digitalpreneur pun blak-blakan dibuka dalam Gathering Android Developer Solo tersebut. Kegiatan yang dimotori oleh Digital Innovation Lounge Solo (DILo) ini menjadi salah satu cara untuk mempertemukan para pengembang aplikasi android maupun programmer yang ada di Solo. DILo merupakan salah satu program CSR yang dibentuk oleh PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom).

Advertisement

Peluang menjadi digitalpreneur pun blak-blakan dibuka dalam Gathering Android Developer Solo tersebut. Kegiatan yang dimotori oleh Digital Innovation Lounge Solo (DILo) ini menjadi salah satu cara untuk mempertemukan para pengembang aplikasi android maupun programmer yang ada di Solo. DILo merupakan salah satu program CSR yang dibentuk oleh PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom).

Koordinator Dilo Solo, Geri Gebyar, mengatakan peluang bisnis pada sektor digitalpreneur terbuka lebar pada era digital ini. Sayangnya, hingga kini belum banyak wadah yang mampu mengembangkan bakat masyarakat dalam bidang industri kreatif digital ini.

“Melalui meet up developer android ini, kami dari DILo ingin mempertemukan pegiat teknologi informasi se-Solo. Kami ingin memfasilitasi masyarakat yang mau terjun dalam bidang digitalpreneur,” urainya saat berbincang dengan Solopos.com, Senin malam.

Advertisement

Pada dasarnya, startup merupakan program untuk mendukung jalannya bisnis. Dia memberikan contoh laman marketplace yang berfungsi untuk membantu menjual barang dagangan nyata.

“Solo adalah market yang sangat dominan untuk ranah start up tapi peluang ini belum mampu dilirik secara keseluruhan. Apalagi sekarang adalah era MEA sehingga persaingan semakin ketat dan peluangnya tentu juga tinggi,” paparnya.

Bersama kelompok Masyarakat Indonesia Kreatif Teknologi Informasi dan Komunikasi (Mikti), DILo berupaya untuk menumbuhkan industri kreatif digital.

Advertisement

“Melalui DILo ini kami mewadahi digitalpreneur untuk dibina agar melahirkan bibit unggul. Mereka yang lolos juga berhak mendapatkan inkubasi agar ide maupun aplikasi yang mereka kembangkan bisa berkembang,” imbuh Geri.

Melalui kompetisi Indigo Incubator para digitalpreneur ini bisa mendapatkan suntikan dana dari pemerintah pusat untuk mengembangkan aplikasi startup mereka. Hingga saat ini ada sekitar 230 member DILo yang aktif di Solo. Namun, Geri mengaku masih mengalami kendala pada tempat karena tidak memiliki anggaran. Akibatnya, kegiatan DILo sering berpindah-pindah tempat.

Salah satu digitalpreneur, Silvester Adi Surya, mengaku tertarik dengan bisnis kreatif karena hobi. Alumni Teknik Industri Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo itu mengaku modal sebagai digitalpreneur adalah ketekunan dan kemauan. Hal itu dibuktikannya dengan dengan membuat aplikasi startup bernama Indo Wifi.

Advertisement

Aplikasi yang berfungsi untuk menyuntikkan router wifi ini bisa membantu pelaku usaha dalam mempromosikan usahanya. Aplikasi yang dikembangkan dari tugas semasa kuliah ini berhasil didanai oleh Kemenristek senilai Rp108 juta belum lama ini.

“Untuk mengembangkan ini butuh waktu sekitar enam bulan,” kata pemuda berusia 23 tahun ini saat berbincang dengan Solopos.com, Senin malam.

Aplikasi Indo Wifi untuk pelaku usaha ini dijual seharga Rp100.000/bulan. Aplikasi ini dinilai efektif untuk mempromosikan secara viral di media sosial. Hingga kini aplikasi ini sudah dimanfaatkan oleh beberapa dinas di lingkungan Pemkab Sragen, dan beberapa restoran di Sragen. Rencananya, hasil pengembangan dari inkubasi digunakan untuk memperluas pangsa pasar ke seluruh Jateng dan DIY.

 

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif