News
Selasa, 10 Oktober 2023 - 13:46 WIB

Indonesia dan Negara Kepulauan Lain Terancam Tenggelam akibat Perubahan Iklim

Harian Noris Saputra  /  Mariyana Ricky P.D  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Pulau di Indonesia (by wirestock on Freepik)

Solopos.com, NUSA DUA — Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno Marsudi menyebutkan 4 ancaman krisisdi negara kepulauan jika tidak diatasi dengan segera dan dengan langkah yang benar, dalam Konferensi Tingkat Tinggi Archipelagic and Island States (KTT AIS) Forum 2023. 

Krisis yang pertama adalah perubahan iklim yang sangat ekstrem yang menimpa banyak negara terutama negara kepulauan yang tergabung dalam AIS. 

Advertisement

Krisis yang kedua yakni naiknya air permukaan laut yang terjadi karena pemanasan global yang terus terjadi. 

Negara-negara kepulauan terutama negara yang banyak memiliki pulau kecil terancam akan semakin kehilangan daratan karena naiknya permukaan air laut. 

Advertisement

Negara-negara kepulauan terutama negara yang banyak memiliki pulau kecil terancam akan semakin kehilangan daratan karena naiknya permukaan air laut. 

Kemudian krisis yang ketiga polusi laut karena banyaknya sampah plastik yang mencemari laut, masalah ini terlihat dari banyaknya sampah laut yang muncul ke permukaan. 

Data Indonesia mencatat jumlah sampah plastik di laut Indonesia mencapai 398.000 ton per 2022, trennya mengalami penurunan jika dibandingkan dengan 2022 mencapai 440.106 ton. 

Advertisement

Menurut data Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), secara global ancaman keanekaragaman hayati rata – rata 25 persen. 

Kondisi ini mengindikasikan sekitar 1 juta spesies menghadapi kepunahan dalam beberapa dekade, bahkan 47 persen ekosistem alami telah mengalami penurunan. 

Menurut Retno, ada dua kunci dalam mengatasi krisis tersebut yang pertama penguatan solidaritas, kemudian upaya-upaya inovatif dalam menjamin keberlanjutan laut di negara-negara kepulauan. 

Advertisement

Semua inisiatif yang dibahas dalam setiap forum AIS termasuk dalam KTT yang akan berlangsung selama dua hari di Bali menurut Retno harus direalisasikan dalam aksi nyata. 

KTT AIS Forum 2023 merupakan agenda penting dalam menghasilkan berbagai resolusi untuk mengatasi empat masalah krisis global yang saat ini sedang terjadi. 

Pada bagian lain, AIS Forum membantu Indonesia dalam mengembangkan ARHEA, drone (pesawat nirawak) canggih yang berfungsi sebagai pemantau kondisi air laut.

Advertisement

Alat pemantauan dan pengukuran karakteristik perairan berbasis teknologi digital itu diciptakan oleh dosen Departemen Kelautan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjajaran Noir Primadona Purba.

Sejak pertama kali diperkenalkan dalam pertemuan AIS Forum di Manado, Sulawesi Utara, 2018 silam, banyak negara peserta menyatakan miatnya untuk meminang ARHEA—yang adalah akronim dari Advanced Drifter GPS Oceanography Coverage Area.

ARHEA berbentuk tabung aluminium berwarna kuning sepanjang 1 meter berdiameter 144 milimeter dengan bobot sekitar 15 kilogram. 

Pada tabung dipasangi berbagai sensor, baterai, penyimpan data, global positioning system (GPS), serta sistem komunikasi lewat radio dan satelit.

Di perairan terbuka atau tertutup, tabung itu akan mengapung karena dipasangi pelampung. Artinya, alat ini mengikuti parsel air kemana pun arus mengalir. Sekilas, cara kerjanya mirip pesawat nirawak atau drone, tetapi bergerak di bawah air.

Alat ini juga dapat diaplikasikan untuk perairan tertutup seperti waduk dan danau, serta bisa dipakai untuk meneliti perairan sangat dangkal.

 

Sebagian artikel ini telah tayang di Bisnis.com dengan judul “KTT AIS Forum 2023: Ini 4 Ancaman Krisis Negara Kepulauan, Termasuk Indonesia!”

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif