News
Selasa, 5 Maret 2013 - 04:29 WIB

INDEKS SAHAM: IHSG Diprediksi Masih Terkoreksi, Banyak Aksi Profit Taking Perbankan

Redaksi Solopos.com  /  R. Bambang Aris Sasangka  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi (JIBI/Bisnis Indonesia/Nurul Hidayat)

Ilustrasi (JIBI/Bisnis Indonesia/Nurul Hidayat)

JAKARTA — Beberapa analis memprediksi indeks harga saham gabungan akan melanjutkan koreksinya seiring dengan aksi ambil untung terutama dari sektor perbankan.
Advertisement

Analis Kresna Graha Sekurindo Etta Rusdiana Putra mengatakan tekanan jual pada saham perbankan merupakan reaksi pelaku pasar terhadap angka inflasi Februari 2013 yang lebih tinggi dari ekspektasi pasar.

“Inflasi tercatat di 0,75% secara bulanan, sementara ekpektasi pasar hanya di 0,31%. Hal ini memicu saham perbankan seperti saham BBRI [4,9%], BMRI [2%]dan BBNI [2,61%] melemah,” ujarnya.

Meskipun demikian, dirinya memperkirakan tekanan inflasi di beberapa bulan depan akan menurun seiring mulai masuk musim panen raya padi pada Maret–April 2013. Menurutnya, secara historis, rata-rata inflasi pada Maret berada di 0,13% secara bulanan.

Advertisement

Selain itu, sambungnya, dengan laju inflasi inti yang masih terkendali di level di 4,29% secara tahunan, diperkirakan BI rate akan tetap dipertahankan di level 5,75%. Oleh karena itu, Etta memperkirakan sentimen tersebut masih akan menopang IHSG untuk diperdagangkan di level 4.720-4.810

Senada, analis Samuel Sekuritas Indonesia M. Alfatih memperkirakan IHSG masih akan melanjutkan koreksinya seiring dengan sentimen dari global dan dalam negeri. “Kami memperkirakan IHSG akan bergerak di support 4.651-4.717 dan resisten 4.820,” tuturnya.

Menurutnya, sentimen global dari China terkait dengan rencana menaikkan pajak dan uang muka (down payment) untuk menekan properti China agar tidak menggelembung (bubble) menjadi sentimen negatif bagi bursa regional.

Advertisement

Selain China, lanjutnya, kabar mengenai pengetatan anggaran belanja AS juga diperkirakan akan menjadi sentimen negatif bagi pergerakan IHSG, meskipun dalam waktu jangka pendek. Hal ini juga menyebabkan para pemodal cenderung menahan dananya dan melihat sejauh mana dampak dari pengetatan anggaran AS terhadap pertumbuhan ekonomi dunia.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif