News
Rabu, 14 Oktober 2015 - 04:00 WIB

IMPOR MIGAS : Menteri ESDM ke Iran, Ini Misinya

Redaksi Solopos.com  /  Adib Muttaqin Asfar  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi kilang gas (Rahmatullah/JIBI/Bisnis )

Impor migas selama ini hanya mengandalkan pasar spot. Indonesia menjajaki kerja sama dengan Iran.

Solopos.com, JAKARTA — Presiden Joko Widodo (Jokowi) menginstruksikan Menteri ESDM Sudirman Said merealisasikan komitmen kerja sama sektor energi antara Pertamina dengan perusahaan minyak Iran dalam kunjungan kerja ke negara itu.

Advertisement

Menteri ESDM, Sudirman Said, mengatakan telah melaporkan rencana kunjungan kerja ke Timur Tengah kepada Presiden Jokowi. Pada Selasa malam (13/10/2015), Sudirman akan bertolak ke Iran.

“Arahan presiden, dikonkretkan kerja sama yang fokusnya di energi, bagaimana caranya NOC [national oil company] Iran kerja sama dengan Pertamina,” tuturnya di Kompleks Istana Kepresidenan, Selasa (13/10/2015).

Bentuk konkret kerja sama tersebut, lanjutnya, berupa pembangunan pembangkit listrik, serta kerja sama pasokan minyak mentah (crude) maupun bahan bakar minyak (BBM). Kerja sama itu akan dituangkan dalam penandatanganan kontrak.

Advertisement

Namun, Sudirman Said belum dapat mengungkap target nilai investasi dan kerjasama perdagangan yang dibidik oleh Indonesia dan Iran. “Saya kira yang harus terjadi dalam kunjungan ini adalah bagaimana secara lebih teknis hubungan antara Pertamina dan NOC mereka itu bertemu,” imbuhnya.

Selain itu, Indonesia juga menjajaki tindak lanjut kerjasama gas alam dengan Iran untuk pengembangan industri pupuk.

Pada 2007 lalu, Jusuf Kalla yang kala itu menjadi Wakil Presiden menemui Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad untuk membicarakan rencana pendirian pabrik pupuk di Iran. Pasalnya, Iran memiliki potensi gas alam yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan pokok pembuatan pupuk.

Advertisement

Rencana itu sempat berlanjut dengan pembicaraan teknis dengan PT Pupuk Sriwijaya Palembang dan membahas harga gas yang akan menjadi bahan pokok pupuk. Sayangnya, kerja sama terhambat oleh persoalan jasa keuangan perbankan. Saat itu, Iran terkena sanksi ekonomi akibat pengembangan tenaga nuklir.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif