News
Kamis, 29 Maret 2012 - 14:21 WIB

IMBAS KENAIKAN BBM: Waduh! Harga Bahan Pokok Meroket

Redaksi Solopos.com  /  Arif Fajar Setiadi  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi (Oriza Vilosa/JIBI/SOLOPOS)

Ilustrasi (Oriza Vilosa/JIBI/SOLOPOS)

SOLO—Harga bahan pokok di pasar tradisional Kota Bengawan meroket jelang H-3 kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi.

Advertisement

Harga gula misalnya kini tembus Rp11.500/kilogram (kg), padahal sepekan lalu harga masih Rp10.500/kg. Harga minyak goreng juga melesat dari Rp10.800/kg menjadi Rp11.500/kg. Sementara itu, harga bawang putih dan cabai rawit merah bahkan naik lebih tajam. Harga bawang putih naik dari Rp10.000 menjadi Rp15.000/kg dan cabai rawit naik dari Rp30.000/kg jadi Rp40.000/kg. Tak hanya bahan pokok, barang kebutuhan sehari-hari produksi pabrik, seperti kecap, penguat rasa, tepung, dan detergen, juga naik. Kenaikannya berkisar Rp100-Rp1.000 per kemasan.

“Misalnya kecap 600 ml, harganya naik dari Rp12.000 jadi Rp13.000. Saya juga kaget, waktu kulakan diberi tahu harga sudah naik. Kalau ini sih bukan naik lagi, tapi ganti harga,” ujar Supriyati, pedagang Sembako di Pasar Kadipolo, saat ditemui solopos.com, Kamis (29/3/2012).

Menurut dia, kenaikan harga sebenarnya sudah terasa sejak rencana kenaikan harga BBM bersubsidi digulirkan sekitar Februari lalu. Setelah itu, harga berangsur stabil. Namun, belakangan, belum ada sepekan terakhir, harga kembali terkerek. Bahkan, Supriyati mengaku sempat mendapati sejumlah barang langka. “Bawang putih di pasar hampir tidak ada. Makanya harga naik sampai Rp5.000/kg.”

Advertisement

Kenaikan harga hampir semua bahan pokok diakui pula oleh pedagan lain, Sri Rejeki. Sri, yang ditemui terpisah, membeberkan harga minyak goreng, gula, bawang putih, dan cabai menunjukkan peningkatan paling besar. Kenaikannya berkisar Rp500-Rp1.000/kg. Kenaikan harga ini dinilainya merupakan imbas dari aksi spekulasi pedagang besar atas rencana kenaikan harga BBM bersubsidi.

Di sisi lain, kenaikan harga memaksa pedagang menekan keuntungan. Sri mengaku gara-gara harga bergerak naik, sejumlah konsumen mengurungkan niat belanja. Ada pula konsumen yang mengurangi jumlah belanja lantaran berpikir perlu menyadangkan uang untuk kebutuhan lain saat harga BBM ditetapkan naik. “Mau jual mahal mengikuti kenaikan harga ya tidak bisa, karena pembelinya tidak ada. Akhirnya, keuntungan yang dikurangi,” tandasnya.

Advertisement
Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif