News
Rabu, 27 Juli 2011 - 20:11 WIB

IHSG kembali catatkan nilai tertinggi

Redaksi Solopos.com  /  R. Bambang Aris Sasangka  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Jakarta (Solopos.com) – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) Rabu (27/7/2011), kembali menorehkan nilai tertinggi baru, setelah dua hari berturut-turut sebelumnya juga mencetak rekor. IHSG ditutup naik 41,34 poin atau satu persen ke posisi 4.174,11. Indeks 45 saham unggulan (LQ45) juga naik 9,95 poin atau 1,36 persen ke posisi 740,99 poin.

“Kinerja positif emiten di semester pertama membuat pelaku pasar memburu saham-saham lapis pertama,” kata analis Milenium Danatama Sekuritas, Abidin. Ia mengatakan, penguatan indeks BEI di tengah fluktuasinya bursa regional dianggap wajar seiring ekspektasi positifnya ekonomi dalam negeri.

Advertisement

Bursa regional diantaranya, Indeks Hang Seng melemah 30,39 poin (0,13 persen) ke level 22.541,69, Indeks Nikkei-225 turun 50,53 poin (0,50 persen) ke level 10.047,19, dan Indeks Straits Times menguat 6,97 poin (0,22 persen) ke level 3.193,54. Abidin menambahkan, menguatnya IHSG juga dipicu dari pelaku pasar yang aktif masuk ke pasar modal sehingga juga mendorong penguatan mata uang rupiah ke level Rp8.478.

Sementara data perdagangan saham di BEI tercatat pelaku pasar asing mencatatkan nilai beli bersih sebesar Rp422,788 miliar. Dari keseluruhan saham yang diperdagangkan, sebanyak 135 meningkat, 114 saham tertekan, dan 100 saham tidak bergerak harganya. Sementara frekuensi transaksi perdagangan saham tercatat sebanyak 173.627 kali, dengan volume perdagangan mencapai 7,711 miliar lembar saham senilai Rp5,752 triliun.

Sebelumnya, Direktur Penilaian Perusahaan BEI Eddy Sugito mengatakan, indeks BEI terus bergerak naik seiring dengan fundamental pasar investasi di Indonesia yang positif. Positifnya pasar investasi di dalam negeri itu, kata dia, salah satunya dipicu dari negara AS yang belum kondusif terhadap penyelesaian masalah utangnya. Sehingga, lanjut dia, pelaku pasar keluar dari AS dan masuk ke negara-negara berkembang termasuk Indonesia yang sudah teruji dalam menghadapi krisis.

Advertisement

JIBI/SOLOPOS/Ant

Advertisement
Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif