SOLOPOS.COM - Penulis buku Jalan Sunyi Emha, Ian Leonard Betts, dalam salah satu acara Maiyah, beberapa waktu lalu. (caknun.com)
Solopos.com, YOGYAKARTA — Penulis buku Jalan Sunyi Emha, Ian Leonard Betts, menyebut dirinya adalah sahabat Emha Ainun Nadjib atau Cak Nun.
Ian mengatakan dirinya sudah mulai berinteraksi dengan Cak Nun pada tahun 1998.
Saat Cak Nun menggelorakan kegiatan ngaji dan diskusi bareng bertajuk Maiyah di tahun 2001 ia rutin mengikutinya, bahkan hingga ke mancanegara.
Penulis yang lahir di London, Inggris itu sangat terkesan dengan pribadi Cak Nun.
Penulis yang lahir di London, Inggris itu sangat terkesan dengan pribadi Cak Nun.
Baginya, Cak Nun adalah sosok langka di Indonesia dan layak disebut Bapak Bangsa.
“Tak ada orang yang mengajari saya sebanyak yang Cak Nun lakukan. Termasuk tak ada kegiatan yang lebih penting kecuali kegiatan bersama Cak Nun dan Kiai Kanjeng,” ujar Ian Leonard Betts, seperti dikutip Solopos.com dari tulisannya di caknun.com, Jumat (7/7/2023).
Ketika Fitna, film dokumenter bernada kebencian terhadap Islam muncul pada 2008, Ian mengikuti Cak Nur keliling Eropa untuk melakukan pemahaman bahwa Islam rahmatan lil alamin.
Sejumlah negara didatangi di antaranya Inggris, Finlandia, Italia, Jerman, Belanda, serta Malaysia dan Australia.
Ian Leonard mengatakan, kendati kental akan nilai Islami, Maiyah sangat terbuka untuk semua komunitas, jamaah, maupun keanekaragaman budaya.
Di luar negeri, kata dia, Cak Nun dan Kiai Kanjeng acap kali dianggap audien sebagai model pertama perjumpaan sejati antara orang Islam dan budaya Islam.
“Selalu ada tempat bagi siapa pun di Maiyah. Andaikata Geert Wilders, produser film Fitna, ingin berjumpa dengan Cak Nun dan Kiai Kanjeng di Belanda pada tahun 2008, sudah barang tentu dirinya akan disambut,” ujar Ian yang kini menjabat Presiden Direktur PT Hill Konsultan Indonesia.