Redaksi Solopos.com / R. Bambang Aris Sasangka | SOLOPOS.com
Maduro juga sudah lama menjadi sekutu Chavez dan diyakini takkan banyak mengubah kebijakan sosialis pemimpin kontroversial berusia 58 tahun itu. Namun diperkirakan dia bakal mencoba melunakkan hubungan dengan negara-negara Barat khususnya AS serta lebih mengakomodasi investor asing.
Sementara lawan terkuat Maduro adalah Henrique Capriles, pemimpin opisisi berhaluan tengah dan mantan gubernur yang kalah dari Chavez pada Pemilu presiden Oktober lalu. Jika Capriles menang, dia diyakini akan melakukan banyak perubahan dan akan mendapat sambutan hangat dari pebisnis dan investor luar negeri. meski begitu dia juga diperkirakan akan tetap berhati-hati dalam menggelar kebijakan untuk menghindarkan bentrokan dan keguncangan politik di dalam negeri.
Maduro, 50, kini harus memusatkan upaya untuk mempertahankan dan meningkatkan penggalangan dukungan dari koalisi aneka kelompok dan aliran yang selama ini mendukung dan dipersatukan oleh gaya kepemimpinan Chavez. Maduro juga sudah berupaya menyingkirkan isu perpecahan di puncak partai berkuasa PSUV dengan menegaskan kesatuan antara dirinya dengan Diosdado Cabello, salah satu bekas teman akrab Chavez semasa masih menjadi tentara dan kini menjabat ketua parlemen.
Maduro adalah mantan supir bus yang lantas naik ke panggung politik berkat kirpahnya sebagai aktivis buruh, dan lantas menjabat menteri luar negeri. Desember lalu dia resmi ditunjuk sebagai calon pengganti Chavez. Dia dipilih karena mengikuti gaya retorikanya dan tak pernah bersilang pendapat. Belakangan Maduro makin tampak meniru segala gaya Chavez khususnya dalam berpidato, dengan menaburkan banyak kata makian dan cemoohan dalam pidatonya saat menyerang para lawan politik.
Jika oposisi berhasil memenangi Pemilu, Venezuela bisa kembali merapat ke AS, namun bisa jadi akan mempengaruhi hubungan erat yang selama ini terjalin dengan negara-negara Amerika Latin lainnya yang selama ini banyak dibantu keuangannya oleh Venezuela, berkat pundi-pundi uang minyaknya. Hubungan dengan Kuba kemungkinan bakal merenggang setelah selama ini sangat erat. Negeri komunis ini sempat nyaris bangkrut di tahun 1999, namun bisa memulihkan diri berkat bantuan keuangan Venezuela.
Venezuela memiliki cadangan minyak terbesar di dunia dan sejumlah surat berharga yang paling banyak diperdagangkan, sehingga investor akan sangat sensitif terhadap segala pertanda konflik.