Redaksi Solopos.com / R. Bambang Aris Sasangka | SOLOPOS.com
”Prof Eko Budiharjo [mantan Ketua IAI Jateng] menyarankan agar IAI Semarang dilibatkan dalam pembangunan hotel di Saripetojo. Saya mangga saja,” kata Gubernur Jawa Tengah, Bibit Waluyo, seusai menerima Prof Eko Budihardjo di Kantor Gubernur Jl Pahlawan, Kota Semarang, Rabu (15/8/2012). Mengenai alasan dilibatkannya IAI, menurut gubernur supaya dalam desain bangunan hotel nantinya ada nuansa artitistik budaya Solo.
Lebih lanjut Bibit menyatakan, pembangunan hotel di bekas Pabrik Es Saripetojo, Laweyan, Solo sudah tak ada permasalahan. ”Saripetojo sudah tak ada masalah lagi, tinggal proses membangun hotel,” tandasnya. Secara legalitas hukum, lanjut gubernur, bekas pebrik es itu bukan sebagai bangunan cagar budaya, sehingga bisa diberdayakan untuk menunjang pertumbuhan ekonomi wilayah dengan dibangun hotel.
Sementara Prof Eko Budihardjo menyatakan, dilibatknya IAI supaya desain bangunan hotel tidak hanya sekadar blok kotak-kotak yang kurang enak dipandang. “Pembangunan hotel harus ada seninya, sehingga menarik dan enak dipandang mata,” ujar dia. Dia menambahkan pembangunan hotel tidak semuanya digunakan bangunan. Namun, ada sebagian bangunan tetap dipertahankan, misalnya rumah dinas minister yang mempunyai nilai estetika yang bagus.
Menurut mantan Rektor Undip Semarang ini, kawasan bekas Pabrik Es Saripetojo bukan cagar budaya, tapi merupakan konservasi yang dinamis yang memungkinkan adanya bangunan baru. Berbeda dengan bangunan rumah dinas Walikota Solo, Lojigandrung, Kraton Solo, dan kantor Bank Indonesia yang tak bisa diubah karena kawasan konservasi. ”Setelah adanya penolakan pembangunan mall di bekas Pabrik Es Saripetojo, kami mengusulkan dibangun hotel, convention center, dan kawasan rekreasi, tapi disepakti dibangun hotel,” ujar Prof Eko Budihardjo.
Sebelumnya Direktur Utama Perusahaan Daerah (Perusda) Citra Mandiri, Sayuti menyatakan bekas Pabrik Es Saripetojo akan dibangun hotel bintang empat. Pembangunan hotel tersebut diperkirakan menelan anggaran dana sekitar Rp180 miliar.
“Semua pendanaan ditanggung investor PT Wira Taruna Semarang yang mengerjakan proyek hotel,” katanya.