News
Jumat, 14 November 2014 - 20:00 WIB

HARTA KARUN SUKOHARJO : Berlian Hingga Topeng Emas Pernah Ditemukan

Redaksi Solopos.com  /  Rini Yustiningsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Sejumlah potongan benda diduga tembikar, tulang dan logam ditemukan warga di areal persawahan Kelurahan Mandan, Kecamatan Sukoharjo, Kamis (13/11/2014). (Iskandar/JIBI/Solopos)

Solopos.com, SUKOHARJ Benda-benda bersejarah yang masih terpendam di bumi Kota Makmur menjadi harta karun Sukoharjo. Bersama almarhum kakeknya, Taruno, Gunadi pernah menjadi pemburu harta dan benda-benda kuno di kuburan tua wilayah Kelurahan Joho dan sekitarnya di Kecamatan Sukoharjo pada 1986-1997.

Pekerjaan itu ia tinggalkan saat ia mulai kuliah di Institut Seni Indonesia (ISI) Solo.

Advertisement

“Gara-gara cewek, saya akhirnya berhenti [memburu harta terpendam]. Masa iya kuliah kerjanya nyari harta orang mati?” ujar Gunadi, saat berbincang dengan Espos di rumahnya di RT 002/RW 005 Kampung Seliran, Kelurahan Jetis, Sukoharjo, Kamis (13/10).

Sebelum kuliah, Gunadi yang kini telah berusia 40-an tahun sudah malang melintang sebagai pemburu harta terpendam. Bersama kakeknya, almarhum Taruno, ia menjadikan kuburan kuno sebagai sasaran utama perburuan.

Advertisement

Sebelum kuliah, Gunadi yang kini telah berusia 40-an tahun sudah malang melintang sebagai pemburu harta terpendam. Bersama kakeknya, almarhum Taruno, ia menjadikan kuburan kuno sebagai sasaran utama perburuan.

Tak hanya di Sukoharjo, sejumlah daerah yang diyakini sebagai bekas kuburan kuno ia datangi. Cukup sekali ayun cangkul, ia dan kakeknya bisa langsung mendapatkan manik-manik.

“Kakek saya itu memang jago mencari harta di kuburan kuno. Nah, saya ketularan hobi kakek itu. Sangat menyenangkan,” kata dia.

Advertisement

Sudah banyak harta terpendam yang berhasil ditemukan Gunadi bersama kakeknya. Ia pernah menemukan manik-manik sebesar handphone (HP), berlian komplet dan utuh, gelang perunggu, anting badong, terbela (peti mayat), hingga topeng emas.

“Kalau cuma manik-manik, kakek saya sudah biasa. Kadang diberikan secara cuma-cuma kepada anak-anak,” kata dia.

Meski demikian, Gunadi mengatakan temuan-temuan benda yang unik, indah, dan dianggap memiliki nilai jual tinggi, tetap dijual kakeknya kepada pengepul. Gunadi sama sekali tak tahu siapa lagi orang yang menadahi barang-barang yang didapat dari makam tua itu.

Advertisement

“Katanya sih dijual lagi ke Bali, lalu dijual ke luar negeri, seperti Singapura. Tapi, saya juga tak persis. Saat itu saya masih anak-anak,” terang dia.

Memang tak ada standar baku harga benda purbakala saat itu. Menurut Gunadi, yang menentukan harga benda kuno itu adalah pembeli atau pengepul setelah melihat langsung keunikan dan keindahan barang temuan tersebut.

“Untuk sebiji manik, saat itu dihargai Rp3.000. Tapi, manik yang sebesar handphone dibeli Rp500.000,” tutur Gunadi mengisahkan transaksi jual beli pada 1980-an.

Advertisement

“Tapi, kalau sudah di Bali atau luar negeri, tentu harganya sudah jauh lebih mahal,” ujar dia menambahkan.

Menurut Gunadi, perburuan harta terpendam kala itu menjadi sesuatu yang amat wajar. Bahkan, Gunadi dan kakeknya pernah menemukan terbela utuh di Joho, tepatnya di sekitar Terminal Bus Sukoharjo. Proses penggalian terbela itu bahkan disaksikan aparat kepolisian.

Saat itu, jelas dia, polisi ikut menyaksikan karena temuan itu begitu menghebohkan. “Tapi oleh kakek [terbela itu] kemudian dikembalikan dan tak jadi diambil,” kata dia.

Masa Jepang
Maraknya aktivitas penggalian harta terpendam pada masa itu tak terlepas dari kisah kelam sebelumnya di mana banyak masyarakat kelaparan di era penjajahan Jepang. Akhirnya, banyak warga yang nekat mencari harta di kuburan demi mendapatkan uang.

“Kalau dari cerita kakek saya, asal muasal orang berburu harta mayat itu karena kekejian penjajahan Jepang yang membuat orang sulit cari makan,” ujar dia.

Ada banyak cara yang dilakukan para pemburu harta terpendam jika temuan mereka dipersoalkan aparat. Misalnya, jika kepingan emas yang ditemukan, emas itu terlebih dahulu ditekuk dan dipotong sebelum dikembalikan ke negara. “Kadang orang-orang bilang cuma menemukan tulang belulang kok,” ujar dia.

Meski telah meninggalkan pekerjaan lamanya sebagai pemburu harta terpendam, Gunadi mengaku tetap memiliki kepedulian atas benda-benda purbakala atau benda antik. Kepada Espos ia menunjukkan salah satu harta kuburan kuno yang masih tersisa di rumahnya.

“Ini gelang kaki kuno. Ini peninggalan almarhum kakek saya yang masih tersimpan. Lainnya sudah dijual semua,” kata dia.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif