News
Jumat, 3 September 2010 - 16:09 WIB

Harta dikuras penipu, Vivian rugi Rp 3 miliar

Redaksi Solopos.com  /  Anik Sulistyawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Jakarta — Komplotan penipu pengobral cinta Nigerian Sweetheart Scam tidak hanya menggondol puluhan hingga ratusan juta rupiah. Seorang korban, sebut saja Vivian, merugi hingga lebih dari Rp 3 miliar karena termakan rayuan gombal sang penipu.

Vivian yang tinggal di Jakarta ini mengisahkan pengalaman tidak mengenakkan itu kepada detikcom, Jumat (3/9). Meski berat untuk membuka kembali kisahnya yang terjadi pada 2009 itu, Vivian ingin berbagi agar korban tidak lebih banyak berjatuhan.

Advertisement

“Sebenarnya saya tidak ingin cerita, tapi saya prihatin ternyata masih saja ada korban yang jatuh. Semoga dengan mengemuka di media, tidak ada korban lagi,” kata Vivian.

Vivian mengaku menjalin cinta di internet dengan seorang pria yang mengaku bule, sebut saja bernama Brandon. Perkenalan mereka terjadi pada awal 2009 melalui email atau surat elektronik. Setelah perkenalan itu, keduanya terus intens berkomunikasi.

Advertisement

Vivian mengaku menjalin cinta di internet dengan seorang pria yang mengaku bule, sebut saja bernama Brandon. Perkenalan mereka terjadi pada awal 2009 melalui email atau surat elektronik. Setelah perkenalan itu, keduanya terus intens berkomunikasi.

“Dia selalu mengirim kata-kata manis ke aku, rayuannya membuat aku mabuk kepayang. Aku selalu merasa tersanjung saat membaca email-emailnya,” kata Vivian.

Singkat cerita, setelah berhubungan selama beberapa bulan, si pria yang mengaku pengusaha kaya raya di Inggris itu ingin lebih serius dengan Vivian. Pria yang mengaku anak tunggal yang dari orang tua yang kaya raya itu ingin menikahi Vivian, pacar jarak jauhnya.

Advertisement

Vivian yang berbunga-bunga akhirnya memberitahu kabar bahagia ini pada kedua orang tuanya. Ayah dan ibu Vivian pun turun berbinar saat anak gadisnya hendak menikah dengan orang bule.

“Orang tua aku senang banget, mereka tak sabar menunggu kiriman itu datang,” cerita Vivian.

Hingga pada suatu hari, Vivian mendapat telepon dari seseorang yang mengaku dari perusahaan kurir yang berkantor di Malaysia. Orang itu mengatakan, ada paket atas nama Vivian yang tersangkut di Malaysia. Paket tersebut tidak bisa dikirimkan karena ternyata berisi uang yang sangat banyak sehingga tidak bisa masuk ke Indonesia.

Advertisement

“Aku disuruh ngirim uang kira-kira Rp 50 juta untuk membuat sertifikat antiteroris agar uang itu bisa masuk ke Indonesia dan tidak dicurigai sebagai dana teroris,” kata Vivian.

Karena sudah kadung percaya pada ‘pacar bulenya’, vivian pun manut saja. Apalagi, Brandon juga meyakinkan Vivian bahwa uang itu memang diperlukan. Dikirimkanlah uang yang diminta dengan harapan paketnya bisa segera sampai. Namun ternyata Vivian salah. Setelah uang dikirim lewat Western Union (WU), Vivian kembali ditelepon oleh orang yang sama.

“Dia bilang katanya aku harus ngirim uang lagi, karena ternyata uang di paket sangat banyak sehingga perlu pajak. Aku harus ngirim sekitar Rp 100 juta lagi,” kata Vivian.

Advertisement

Vivian kemudian membicarakan hal itu pada keluarganya. Keluarga Vivian kemudian menyuruh Vivian mengirim uang tersebut, masih melalu WU. “Jadi aku kirim lagi,” kata Vivian.

Apesnya, pengiriman uang Rp 100 juta itu bukan yang terakhir. Vivian masih terus diminta untuk mengirim uang dengan berbagai alasan. Dan entah kenapa juga, Vivian terus saja mengirimkan uang yang diminta. Bahkan karena WU menerapkan batasan uang yang bisa dikirim, anggota keluarga Vivian lainnya ikut membantu mengirim uang-uang itu atas nama mereka.

“Total-total, saya sudah merugi Rp 3 miliar kali,” katanya sedih.

Karena makin lama paketnya tidak segera datang juga, ibu Vivian pun mulai curiga. Dia berniat untuk mengambil paket itu sendiri ke Malaysia. Jadilah Vivian dan ibunya terbang ke Malaysia ditemani salah satu kerabat laki-laki.

“Mereka awalnya menolak, tapi karena kita bilang kalau kita bawa uang, akhirnya mereka mau,” kata Vivian.

Setelah tiba di Malaysia, Vivian dan ibunya ditemui oleh tiga orang. Dari ketiganya, tidak ada satu pun orang bule atau kulit putih. Begitu melihat orang-orang itu, Vivian baru tersadar jika dirinya kena tipu. Gadis itu pun lalu memutuskan pulang ke Indonesia tanpa membawa kopor yang oleh penipu disebut-sebut penuh uang dan perhiasan itu.

Vivian tidak melaporkan kasus ini ke polisi. Sama dengan perempuan yang lain, vivian malu kasus ini mencuat ke publik. Vivian bersedia sharing karena tidak ingin ada perempuan yang mengalami kasus tragis seperti dirinya.

“Pelajarannya, jangan percaya dengan orang, setidaknya sebelum ketemu langsung. Komunikasi di internet banyak sekali penipuan,” pesan Vivian.

dtc/tya

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif