News
Sabtu, 2 Mei 2015 - 08:15 WIB

HARI BURUH 2015 : May Day, Buruh Jateng Usung Nawa Duka

Redaksi Solopos.com  /  Rohmah Ermawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Para buruh menggelar teatrikal dalam aksi demonstrasi memperingati Hari Buruh Internasional atau May Day di Jl. Pahlawan, Kota Semarang, Jumat (1/5/2015). (Insetyonoto/JIBI/Solopos)

Hari Buruh 2015 diperingati dengan aksi unjuk rasa di Semarang.

Solopos.com, SEMARANG – Ribuan buruh memblokade Jl. Pahlawan, Kota Semarang atau tepat di depan Kantor Gubernur dan DPRD Jawa Tengah (Jateng), Jumat (1/5/2015).

Advertisement

Jalan utama yang membelah gedung perkantoran tersebut diduduki para buruh yang menggelar demonstrasi memperingati Hari Buruh Internasional atau May Day.

Dalam aksinya, para buruh yang tergabung dalam Aliansi Buruh Berjuang (Gerbang) mengusung tema utama Nawa Duka atau sembilan duka, plesetan dari program Presiden Joko Widodo (Jokowi) Nawacita.

”Pemerintah Presiden Jokowi dan Jusuf Kalla belum berpihak kepada buruh, terbukti dengan menaikkan harga bahan bakar minyak [BBM] dan listrik menyengsarakan buruh yang gajinya kecil,” kata salah seorang perwakilan buruh, Joko dalam orasinya.

Advertisement

Nawa Duka yang diusung buruh yakni menolak upah murah dan sistem kerja kontrak atau outsourcing; revisi Peraturan Gubernur (Pergub) Jateng No.65/2014 tentang pedoman survei kebutuhan hidup layak (KHL).

Selain itu menegakkan hukum di bidang ketenagakerjaan; menolak kenaikan harga BBM dan turunkan harga kebutuhan pokok; lawan pemberangusan serikat buruh (union busting); bubarkan pengadilan hubungan industrial.

Evaluasi dan audit pelayanan Badan Penyelanggara Jaminan Kesehatan (BPJS) Kesehatan; berikan hak dan perlindungan bagi pekerja berbasis rumahan (home based worker); dan menolak pembangunan rusunawa yang dibiayai dari uang buruh.

Advertisement

Spanduk tuntutan Nawa Duka tersebut dibentangkan para pengunjuk sepanjang 200 meter di depan Kantor Gubernur dan DPRD Jateng.

Ketua Federasi Serikat Pekerja Nasional (FKSPN) Jateng, Nanang Setiyono mengatakan, pemerintah tidak hadir dalam menyelesaikan persoalan masyarakat, terutama buruh.

”Jadi Nawa Duka buruh ini sebagai bentuk sikap buruh kepada pemerintah,” tandas dia.

Jalannya aksi yang berlangsung sekitar dua jam itu mendapatkan penjagaan ketat dari ratusan personel kepolisian dan prajurit TNI tersebut berlangsung damai.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif