News
Selasa, 11 Oktober 2022 - 08:11 WIB

Harga Rokok Makin Murah Berdampak pada Perokok Anak

Indra Gunawan  /  Rahmat Wibisono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Rokok ilegal dan pengedarnya di Mapolres Tanjung Perak, Surabaya, Selasa (13/5/2015). (JIBI/Solopos/Antara/M. Risyal Hidayat)

Solopos.com, JAKARTA—Besarnya selisih tarif cukai hasil tembakau (CHT) antargolongan pada struktur tarif CHT menimbulkan rokok dengan harga murah. Konsumen pun bebas memilih membeli rokok murah yang sesuai kemampuan mereka, termasuk perokok anak.

Peneliti Pusat Kajian Jaminan Sosial (PKJS) Universitas Indonesia (UI) Risky Kusuma Hartono mencontohkan, selisih tarif cukai antara golongan 1 dan di bawahnya untuk sigaret kretek mesin masih lebar. “Selisih tarif keduanya yaitu Rp385 per batang. Apabila 1 bungkus rokok terdapat 16 batang, maka selisih tarif cukainya sebesar (Rp385 X 16 batang) Rp6.160. Ini belum termasuk PPN, maka rentang perbedaaan harganya makin tinggi lagi,” ujarnya dalam keterangan tertulis, Senin (10/10/2022).

Advertisement

Belum lagi, produk ini juga dikenakan pajak rokok 10% untuk daerah, sehingga selisih total pajaknya bisa mencapai Rp8.000/bungkus. Risky mengatakan, kebijakan CHT yang menyuburkan fenomena rokok murah tidak sejalan dengan semangat tujuan utama cukai, yaitu pengendalian konsumsi rokok. Jika dilihat lebih jauh, di tingkat konsumen, variasi harga rokok ini bisa mencapai Rp 10.000-an. “Perokok masih bisa leluasa membeli produk rokok yang lebih murah bahkan ketika harga rokok naik,” ujarnya.

Baca Juga Bos Freeport McMoRan Janjikan Bangun Smelter di Papua

Risky pun memaparkan hasil studi soal keterkaitan rokok murah dengan perokok anak. Pada intinya, para anak tetap mampu membeli rokok kendati tarif cukai dinaikkan setiap tahun.

Advertisement

Maka itu, Risky merekomendasikan pemerintah untuk melihat ulang struktur tarif cukai tembakau saat ini untuk mencegah semakin banyaknya rokok murah beredar di pasar, termasuk mempercepat pengurangan lapisan struktur tarif CHT. Pemerintah, kata Risky, melalui kebijakan Tarif Cukai Hasil Tembakau (CHT) harus mengambil langkah yang cukup signifikan di antaranya untuk mengurangi prevalensi perokok anak, menekan angka perokok usia dewasa, dan mencapai visi Indonesia yaitu mencapai SDM Unggul.

Hal serupa juga disampaikan oleh Tim Peneliti Center for Indonesia’s Strategic Development Initiatives (CISDI) Lara Rizka terkait lebarnya selisih tarif CHT antargolongan. “Selisih tarif tertinggi dan terendah mempengaruhi harga rokok yang beredar di pasaran, sehingga mengurangi efektivitas cukai untuk pengendalian konsumsi tembakau,” ujarnya.

Baca Juga CEO Freeport McMoran Ingin Tambah Jumlah Karyawan Asli Papua

Advertisement

Hal ini terjadi karena adanya ketersediaan rokok yang lebih murah sehingga perokok dapat beralih ke rokok murah ketika ada kenaikan harga. “Oleh karena itu, selisih tarif tersebut perlu didekatkan. Skemanya, tarif yang rendah perlu dinaikkan secara signifikan,” pungkasnya.

 

Berita ini telah tayang di Bisnis.com dengan judul Harga Rokok Makin Murah, Ini Dampaknya Buat Perokok Anak

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif