News
Sabtu, 3 Oktober 2015 - 15:45 WIB

HARGA MINYAK DUNIA : Harga Minyak Mentah Light Sweet Naik 80 Sen

Redaksi Solopos.com  /  Jafar Sodiq Assegaf  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi Kilang Minyak (JIBI/Bisnis Indonesia/Andry T Kurniadi)

Harga minyak dunia patokan AS, minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman November, naik 80 sen menjadi ditutup pada US$45,54 per barel.

Solopos.com, NEW YORK – Harga minyak dunia berbalik naik pada Jumat (Sabtu pagi WIB), menyusul penurunan kegiatan pengeboran di AS yang mengangkat harapan produksi akan turun sehingga mengurangi kelebihan pasokan global, lebih penting daripada laporan ketenagakerjaan mengecewakan.

Advertisement

Dilansir laman Kantor Berita Antara, Sabtu (3/10/2015), patokan AS, minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman November, naik 80 sen menjadi ditutup pada US$45,54 per barel di New York Mercantile Exchange.

Minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman November, patokan global, menetap di US$48,13 per barel di perdagangan London, naik 44 sen dari penutupan Kamis.

Advertisement

Minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman November, patokan global, menetap di US$48,13 per barel di perdagangan London, naik 44 sen dari penutupan Kamis.

Sebelumnya, harga minyak tidak diuntungkan dari penurunan dolar setelah secara tak terduga laporan ketenagakerjaan AS untuk September suram. Biasanya, mata uang AS yang lebih lemah membuat minyak mentah yang dihargakan dalam dolar lebih menarik bagi pembeli, sehingga mendorong permintaan.

Tetapi data ketenagakerjaan menunjukkan ekonomi AS sedang dipengaruhi oleh pelambatan global yang didorong Tiongkok dan volatilitas di pasar, menambah kekhawatiran tentang pertumbuhan permintaan minyak lebih lemah di tengah membanjirnya pasokan global.

Advertisement

Jumlah rig minyak dari perusahaan jasa minyak Baker Hughes AS yang dipantau secara ketat, turun 26 rig menjadi 614 rig pada minggu ini. “Kami melihat pasar minyak berbalik karena berita itu,” kata Andy Lipow dari Lipow Oil Associates, menyebutnya sebagai “penurunan yang signifikan” dalam indikator produksi.

“Pasar mengharapkan bahwa produksi minyak akan terus menurun dan sebagai akibatnya permintaan pada akhirnya akan mengejar ketinggalan dengan situasi kelebihan pasokan.” Tetapi untuk beberapa bulan ke depan, prospek itu bearish.

“Kita akan tetap berada di bawah tekanan untuk beberapa waktu, terutama dalam enam bulan ke depan karena kilang-kilang penyulingan memasuki musim pemeliharaan dan permintaan menurun,” kata Lipow.

Advertisement

Laporan ketenagakerjaan AS yang mengecewakan hanya menambahkan ketidakpastian tergantung di atas pasar.

Fawad Razaqzada, analis di kelompok perdagangan Gain Capital, mengatakan bahwa “investor jelas sekarang khawatir tentang melemahnya pertumbuhan ekonomi.”

“Dengan China sedang dalam kesulitan dan pertumbuhan di Eropa masih lesu, permintaan minyak di masa mendatang mungkin tidak sekuat seperti yang telah diperkirakan sebelumnya,” katanya seperti dilansir AFP, Sabtu.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif