News
Kamis, 15 Mei 2014 - 08:00 WIB

Harga MInyak Dunia Alami Kenaikan, Ini Alasannya

Redaksi Solopos.com  /  Anik Sulistyawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi harga minyak (Antara)

Solopos.com, NEW YORK– Harga minyak dunia bergerak lebih tinggi pada Rabu (Kamis pagi WIB), terangkat oleh penurunan baru dalam persediaan minyak AS di pusat penyimpanan utama Cushing dan penurunan persediaan bensin.

Seperti dilansir Antara, Kamis (15/5/2014), kontrak utama minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Juni di New York Mercantile Exchange, naik 67 sen menjadi 102,37 dolar AS per barel, harga penutupan tertinggi sejak 21 April.

Advertisement

Di London, minyak mentah Brent untuk pengiriman Juni bertambah 95 sen menjadi menetap di 110,19 dolar AS per barel.

Harga mendapat dorongan dari laporan mingguan persediaan minyak departemen energi AS. Para pedagang mengabaikan kenaikan 900.000 barel dalam stok minyak mentah keseluruhan dan fokus pada penarikan di Cushing, Oklahoma, terminal dan di tempat penyimpanan bensin.

Penurunan kembali di Cushing dan “penarikan dalam cadangan bensin” adalah tanda-tanda baik permintaan, kata Gene McGillian dari Tradition Energy.

Advertisement

Harga minyak mentah juga masih mendapatkan manfaat dari petunjuk bahwa pemerintahan Obama serius mempertimbangkan pencabutan larangan ekspor minyak AS, menurut Phil Flynn dari Price Futures Group.

Menteri Energi AS Ernest Moniz kepada wartawan di Korea Selatan pada Selasa mengatakan bahwa AS sedang mengkaji larangan ekspor yang telah berlangsung lama, meskipun tanpa mengatakan pilihan apa yang sedang dipertimbangkan.

Ketegangan yang sedang berlangsung antara Rusia dan Ukraina juga terus mendukung harga pada Rabu, karena para pedagang khawatir bahwa meningkatnya konflik bisa mengganggu pasokan minyak.

Advertisement

“Situasi pasokan internasional yang lebih luas tampak sedikit berubah, karena ketegangan atas pasokan minyak Rusia masih mengalir dan hanya sedikit kenaikan dalam produksi Libya hari ini,” kata Tim Evans dari Citi Futures.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif